A. Pengertian Epistemologi
Epistemologi (filsafat ilmu) adalah pengetahuan sistematik
mengenai pengetahuan. Epistemologi merupakan salah satu objek kajian dalam
filsafat, dalam pengembangannya menunjukkan bahwa epistemologi secara langsung
berhubungan secara radikal (mendalam) dengan diri dan kehidupan manusia. Pokok
kajian epistemologi akan sangat menonjol bila dikaitan dengan pembahasan
mengenai hakekat epistemologi itu sendiri. Secara linguistic kata
“Epistemologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu: kata “Episteme” dengan arti
pengetahuan dan kata “Logos” berarti teori, uraian, atau alasan. Epistemologi
dapat diartikan sebagai teori tentang pengetahuan yang dalam bahasa Inggris
dipergunakan istilah theory of knowledge. Istilah epistemologi secara
etimologis diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar dan dalam bahasa
Indonesia lazim disebut filsafat pengetahuan. Secara terminologi epistemologi adalah
teori mengenai hakikat ilmu pengetahuan atau ilmu filsafat tentang pengetahuan.
Masalah utama dari epistemologi adalah bagaimana cara
memperoleh pengetahuan, Sebenarnya seseorang baru dapat dikatakan
berpengetahuan apabila telah sanggup menjawab pertanyaan-pertanyaan
epistemologi artinya pertanyaan epistemologi dapat menggambarkan manusia
mencintai pengetahuan. Hal ini menyebabkan eksistensi epistemologi sangat urgen
untuk menggambar manusia berpengetahuan yaitu dengan jalan menjawab dan
menyelesaikan masalah-masalah yang dipertanyakan dalam epistemologi. Makna
pengetahuan dalam epistemologi adalah nilai tahu manusia tentang sesuatu
sehingga ia dapat membedakan antara satu ilmu dengan ilmu lainnya.
Epitemologi merupakan cabang filsafat yang membahas tentang
terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, sarana,
metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan
(ilmiah). Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan
metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar. Akal, akal
budi, pengalaman, atau kombinasi akal dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana
mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik, sehingga dikenal model‑model
epistemologik seperti rasionalisme, empirisme, Epistemologi juga membahas
bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta
tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah). Pengetahuan merupakan daerah
persinggungan antara benar dan dipercaya. Pengetahuan bisa diperoleh dari akal
sehat yaitu melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan
kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan, cenderung
bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji.
Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah
yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis. Sarana berpikir
ilmiah adalah bahasa, matematika dan statistika. Metode ilmiah menggabungkan
cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghubung antara
penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris. Secara
rasional, ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif,
sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta
dari yang tidak. Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau juga
naluri) dapat diuji, apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak.
Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada,
dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung
kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia. Jika seseorang
ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara, sikap, dan sarana yang
digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar. Apa yang diyakini
atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar
kita yang salah. Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum
tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan. Itulah
sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang.
B. Apa yang bisa diketahui manusia
Immanuel Kant (lahir di Königsberg, 22 April
1724 – meninggal di Königsberg, 12 Februari 1804 pada umur 79 tahun)
adalah seorang filsuf Jerman. Karya Kant yang terpenting adalah Kritik der
Reinen Vernunft, 1781. Dalam bukunya ini ia “membatasi pengetahuan manusia”.
Atau dengan kata lain “apa yang bisa diketahui manusia.” Ia menyatakan ini
dengan memberikan tiga pertanyaan:
- Apakah yang bisa kuketahui?
- Apakah yang harus kulakukan?
- Apakah yang bisa kuharapkan?
Pertanyaan
ini dijawab sebagai berikut:
- Apa-apa yang bisa diketahui manusia hanyalah yang dipersepsi dengan panca indra. Lain daripada itu merupakan “ilusi” saja, hanyalah ide.
- Semua yang harus dilakukan manusia harus bisa diangkat menjadi sebuah peraturan umum. Hal ini disebut dengan istilah “imperatif kategoris”. Contoh: orang sebaiknya jangan mencuri, sebab apabila hal ini diangkat menjadi peraturan umum, maka apabila semua orang mencuri, masyarakat tidak akan jalan.
- Yang bisa diharapkan manusia ditentukan oleh akal budinya. Inilah yang memutuskan pengharapan manusia.
C. Sumber-sumber pengetahuan
Sebelum kita memasuki pembahasan inti dari makalah ini, maka
perlu kiranya kita mengetahui pengertian dari ilmu pengetahuan.
Dalam komperensi ilmu pengetahuan nasional (KIPNAS) ini LIPI
yang berlangsung di Jakarta pada tanggal 15-19 September 1981 di dasarkan agar
dipergunakan terminologi ilmu untuk science dan pengetahuan untuk Knowledge
adapun alasannya yaitu:
- Ilmu (Spesies) adalah sebagian dari pengetahuan (Genus)
- Dengan demikian maka ilmu adalah pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu yaitu ciri-ciri ilmiah atau ilmu adalah sinonim dengan pengetahuan ilmiah (Scientific knowledge)
- Dalam buku bahasa Indonesia berdasarkan hukum D (diterangkan) dan M (menerangkan) maka ilmu pengetahuan adalah ilmu (D) yang bersifat pengetahuan (M) dan penyatuan ini pada hakikatnya adalah salah sebab ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang bersifat ilmiah
- Kata ganda dari dua kata benda yang termasuk kategori yang sama biasanya menunjukkan dua objek yang berbeda seperti laki bini (laki dan bini) dan emas perak (emas dan perak) penafsiran yang sama, maka ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai ilmu dan pengetahuan.
Ternyata
ada juga yang berpendapat bahwa:
- Ilmu termasuk genus dimana terdapat dapat banyak spesies seperti ilmu kebathinan, ilmu agama, ilmu filsafat, dan ilmu pengetahuan
- Terminologi ilmu pengetahuan sinomia dengan scientific knowledge
- Ilmu adalah sinomia dengan knowledge danpengetahuan tentang science dimana berdasarkan hukum DM maka ilmu pengetahuan adalah ilmu (Knowledge) yang bersifat pengetahuan (scientific)
Jika demikian, ilmu pengetahuan hanya merupakan istilah yang
lazim dibahasakan orang-orang tetapi tidak mampu memberikan defenisi yang
jelas, tetapi orang pasti sudah mengerti maksud ilmu pengetahuan bila
mendengarnya
Di dalam makalah ini akan kami uraikan beberapa
defenisi istilah ilmu pengetahuan berdasarkan beberapa buku filsafat.
Kata “Ilmu” merupakan terjemahan dari kata (Science) yang
secara etimologi berasal dari bahasa latin (scinre) artinya “to Know”. Dalam
pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan
alam yang sifatnya kuantitatif dan objektif.
Dari
pengungkapan para ahli kita dapat menarik kesimpulan sebagi berikut:
- Tidak semua permasalahan yang dipersoalkan manusia dalam hidup dan kehidupannya dapat dijawab dengan tuntas oleh ilmu pengetahuan itu.
- Nilai kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat positif dalam arti sampai saat sekarang ini dan juga bersifat relatif atau nisbi dalam arti tidaklah mutlak kebenarannya
- Batas dan realitivitas ilmu pengetahuan bermuara pada filsafat, dalam arti bahwa semua permasalahan yang berada di luar atau di atas jangkauan dari ilmu pengetahuan itu diserahkanlah kepada filsafat untuk menjawabnya.
Dengan kita memasuki lapangan filsafat dengan mencoba
merenungkan semua permasalahan manusia yang belum tuntas dijawab oleh ilmu
pengetahuan itu.
Dalam kajian filsafat ilmu sumber-sumber pengetahuan yang
diperoleh manusia melalui: Pengalaman, intuisi, agama (wahyu), filsafat dan
ilmu
D.
Cara – cara memperoleh dan mengembangkan pengetahuan
Dalam filsafat ilmu, cara memperoleh dan mengembangkan
pengetahuan adalah melaui sebuah rangkaian prosedur atau metode/tekhnik
tertentu yang lazimnya disebutnya metode ilmiah
a.
Pengertian metode Ilmiah
Menurut Soerjono Soemargono (1993 : 17), istilah metoda
berasal dari bahasa Latin methodos, yang secara
umum artinya cara atau jalan
untuk
memperoleh
pengetahuan sedangkan metoda ilmiah adalah
cara atau jalan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah.
The Liang Gie (1991 : 110),
menyatakan bahwa metoda ilmiah adalah prosedur yang
mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, tata langkah, dan
cara teknis untuk memperoleh pengetahuan
baru atau memperkembangkan pengetahuan yang telah ada.
Dalam beberapa literatur seringkali
metoda dipersamakan atau dicampuradukkan dengan pendekatan maupun
teknik. Metoda, (methode), pendekatan (approach), dan teknik (technique)
merupakan tiga hal yang berbeda walaupun bertalian satu sama lain (The Liang
Gie, 1991:116). Dengan mengutip pendapat benerapa
pakar, The Liang Gie menjelaskan perbedaan ketiga hal tersebut
sebagai berikut. Pendekatan pada pokoknya adalah ukuran-ukuran untuk
memilih masalah-masalah dan data yang bertalian, sedangkan metoda adalah
prosedur untuk mendapatkan dan mempergunakan data. Pendekatan dalam
menelaah suatu masalah dapat dilakukan
berdasarkan atau dengan memakai sudut tinjauan
dari ilmu-ilmu tertentu, misalnya psikologi,
sosiologi, politik, dst. Dengan pendekatan berdasarkan psikologi, maka
masalah tersebut dianalisis dan dipecahkan berdasarkan konsep-konsep psikologi.
Sedangkan
bila masalah tersebut ditinjau
berdasarkan pendekatan sosiologis, maka konsep-
konsep sosiologi yang dipakai untuk menganalisis dan memecahkan masalah
tersebut.
Pengertian metoda juga tidak sama dengan teknik. Metoda
ilmiah adalah
berbagai
prosedur
yang
mewujudkan
pola-pola
dan
tata langkah dalam pelaksanaan penelitian ilmiah.
Pola dan tata langkah prosedural tersebut
dilaksanakan dengan cara-cara operasional dan
teknis yang lebih rinci. Cara-cara itulah yang mewujudkan teknik. Jadi, teknik
adalah suatu cara operasional teknis yang seringkali bercorak rutin,
mekanis, atau spesialistis untuk memperoleh
dan menangani data dalam penelitian (The Liang Gie (1991 : 117).
b.
Unsur-unsur metoda ilmiah
Metoda ilmiah yang merupakan suatu prosedur
sebagaimana digambarkanoleh
The Liang
Gie, memuat
berbagai
unsur atau komponen yang saling berhubungan.
Unsur-unsur utama metoda ilmiah menurut The
Liang Gie (1991 : 118) adalah pola
proSedural, tata langkah, teknik, dan instrument..
Pola prosedural, antara lain terdiri dari: pengamatan,
percobaan, peng-ukuran, survai, deduksi, induksi, dan
analisis. Tata langkah, mencakup :
penentuan masalah, perumusan hipotesis (bila
perlu), pengumpulan data, penurunan kesimpulan,
dan
pengujian hasil.
Teknik, antara lain terdiri dari :
wawancara, angket, tes, dan perhitungan. Aneka
instrumen yang dipakai dalam metoda ilmiah
antara lain : pedoman wawancara, kuesioner,
timbangan, meteran, komputer.
c.
Macam-macam Metoda ilmiah
Johson
(2005) dalam
arkelnya yang berjudul ”Educational Research :
Quantitative and Qualitative”, yang termuat
dalam situs internet membedakan metoda ilmiah menjadi
dua metoda deduktif dan metoda induktif.
Menurut Johnson, metode deduktif terdiri tiga langkah utama, yaitu : first,
state the hypothesis (based on theory or research literature); nex, collect
data to test hypothesis; finally, make
decision to accept or reject the
hypothesis. Sedangkan tahapan utama metoda
induktif menurut Johnson adalah : first, observe the world; next, search for a
pattern in what is observed; and finally, make a generalization about what
is occuring. Kedua metoda tersebut selanjutnya
oleh Johnson divisualisasikan sebagai berikut.
Metoda deduktif merupakan metoda ilmiah yang diterapkan
dalam penelitian kuantitatif. Dalam metoda ini teori ilmiah yang telah diterima
kebenarannya dijadikan acuan dalam mencari kebenaran selanjutnya.
Sedangkan
metoda induktif
merupakan
metoda yang diterapkan
dalam penelitian
kualitatif.
Penelitian ini dimulai dengan pengamatan dan diakhiri dengan penemuan teori.
1)
Metoda Deduktif
Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya
Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial, dan
Politik (1996 : 6) menyatakan bahwa
pada dasarnya metoda ilmiah merupakan cara
ilmu memperoleh dan menyusun tubuh pengetahuannya berdasarkan
:a) kerangka pemikiran yang bersifat
logis dengan argumentasi yang bersifat konsisten
dengan pengetahuan sebelumnya yang telah
berhasil disusun; b) menjabarkan hipotesis yang
merupakan deduksi dari kerangka pemikiran tersebut; dan
c) melakukan verifikasi terhadap hipotesis termaksud
untuk menguji
kebenaran pernyataannya secara faktual.
Selanjutnya Jujun menyatakan bahwa kerangka
berpikir ilmiah yang berintikan
proses logico-hypothetico-verifikatifn ini pada dasarnya terdiri dari
langkah-langkah sebagai berikut (2005 : 127-128).
a)
Perumusan masalah, yang
merupakan pertanyaan mengenai
objek empiris yang jelas batas-batasnya
serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya.
b)
Penyusunan kerangka berpikir dalam penyusunan hipotesis yang merupakan
argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat
antara berbagai faktor yang saling mengait dan
membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka
berpikir ini disusun secara rasional
berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan
memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan
dengan permasalahan.
c)
Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban
sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya
merupakan kesimpulan dari dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
d)
Pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan
fakta- fakta yang relevan dengan hipotesis,
yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat
fakta-fakta yang mendukung hipoteisis tersebut atau tidak.
e)
Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian
apakah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima.
2)
Metoda Induktif
Metoda induktif merupakan metoda ilmiah yang diterapkan
dalam penelitian kualitatif. Metoda ini memiliki
dua macam tahapan : tahapan penelitian
secara umum dan secara siklikal (Moleong, 2005
: 126).
a)
Tahapan penelitian secara umum
Tahapan
penelitian secara umum secara garis besar terdiri dari tiga tahap utama, yaitu
(1)tahap pralapangan, (2)tahap pekerjaan lapangan, dan (3) tahap analisis
data. Masing- masing tahap tersebut terdiri dari beberapa langkah.
b)
Tahapan penelitian secara siklikal
Menurut
Spradley (Moleong, 2005 :148), tahap penelitian
kualitatif, khususnya dalam etnografi merupakan proses yang berbentuk
lingkaran yang
lebih dikenal dengan proses penelitian siklikal, yang terdiri
dari langkah-langkah:(1) pengamatan deskriptif, (2) analisis
demein, (3) pengamatan terfokus, (4) analisis
taksonomi, (5) pengamatan terpilih, (6) analisis
komponen, dan (7) analisis tema.
E. Metode Untuk Memperoleh
Pengetahuan
a.
Metode Empirisme
Empirisme berasal dari kata Yunani yaitu “empiris” yang
berarti pengalaman inderawi. Oleh karena itu empirisme dinisbatkan kepada faham
yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalanan dan yang dimaksudkan dengannya
adalah baik pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia maupun pengalaman
batiniah yang menyangkut pribadi manusia. Asal kata empirisme adalah empiria
yang berarti kepercayaan terhadap pengalaman. Bahan yang diperoleh dari
pengalaman diolah oleh akal, sedangkan yang merupakan sumber pengetahuan adalah
pengalaman karena pengalamanlah yang memberikan kepastian yang diambil dari
dunia fakta. Empirisme berpandangan bahwa pernyataan yang tidak dapat
dibuktikan melalui pengalaman adalah tidak berarti atau tanpa arti. Ilmu haru
sdapat diuji melalui pengalaman. Dengan demikian, kebenaran yang diperoleh
bersifat a posteriori yang berarti setelah pengalaman (post to experience).
Tokoh-tokoh empirisme antara lain Francis Bacon (1561-1626),
Thomas Hobbes (1588-1679), dan John Locke (1632-1704). Francis Bacon telah
meletakkan dasar-dasar empirisme dan menyarankan agar penemuan-penemuan
dilakukan dengan metode induksi. Menurutnya ilmu akan berkembang melalui
pengamatan dalam ekperimen serta menyusun fakta-fakta sebagai hasil eksperimen.
Pandangan Thomas Hobbes sangat mekanistik. Karena merupakan
bagian dari dunia, apa yang terjadi pada manusia atau yang dialaminya dapat
diterangkan secara mekanik. Ini yang menyebabkan Thomas Hobbes dipandang
sebagai penganjur materialisme. Sesuai dengan kodratnya manusia berkeinginan
mempertahankan kebebasan dan menguasai orang lain. Hal ini menyebabkan adanya
ungkapan homo homini lupus yang berarti bahwa manusia adalah srigala bagi
manusia lain.
Menurut aliran ini bahwa manusia
memperoleh pengetahuan melalui pengalaman indranya. Bapak aliran ini adalah
John Lock (1632-1704) dengan teorinya “tabula rasa” yang artinya secara bahasa
adalah meja lilin. Menurut paham empirisme, metode untuk memperoleh
pengetahuan didasarkan pada pengalaman yang bersifat empiris, yaitu pengalaman
yang bisa dibuktikan tingkat kebenarannya melalui pengamalan indera manusia.
Seperti petanyaan-pertanyaan bagaimana orang tahu es membeku? Jawab kaum
empiris adalah karena saya melihatnya (secara inderawi/panca indera), maka
pengetahuan diperoleh melalui perantaraan indera. Proses terjadinya pengetahuan
menurut penganut empirisme berdasarkan pengalaman akibat dari suatu objek yang
merangsang alat inderawi, kemudian menumbuhkan rangsangan saraf yang diteruskan
ke otak. Di dalam otak, sumber rangsangan sebagaimana adanya dan dibentuklah
tanggapan-tanggapan mengenai objek yang telah merangsang alat inderawi ini.
Kesimpulannya adalah metode untuk memperoleh pengetahuan bagi penganut
empirisme adalah berdasarkan pengalaman inderawi atau pengalaman yang bisa
ditangkap oleh panca indera manusia.
Kelemahan
aliran ini adalah sangat banyak :
- Indera terbatas ; Benda yang jauh kelihatan kecil.
- Indera menipu ; Orang yang sedang sakit malaria, gula rasanya pahit.
- Terkadang objek yang menipu, seperti ilusi dan patamorgana.
- Kekurangan terdapat pada indera dan objek sekaligus; indera (dalam hal ini mata) tidak bisa melihat kerbau secara keseluruhan, begitu juga kerbau tidak bisa dilihat secara keseluruhan.
Pada dasarnya Empirisme sangat
bertentangan dengan Rasionalisme. Rasionalisme mengatakan bahwa pengenalan yang
sejati berasal dari ratio, sehingga pengenalan inderawi merupakan suatu bentuk
pengenalan yang kabur. sebaliknya Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan
berasal dari pengalaman sehingga pengenalan inderawi merupakan pengenalan yang
paling jelas dan sempurna.
Seorang yang beraliran Empirisme
biasanya berpendirian bahwa pengetahuan didapat melalui penampungan yang secara
pasip menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini berarti semua pengetahuan
betapapun rumitnya dapat dilacak kembali dan apa yang tidak dapat bukanlah ilmu
pengetahuan. Empirisme radikal berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat
dilacak sampai kepada pengalaman inderawi dan apa yang tidak dapat dilacak bukan
pengetahuan. Lebih lanjut penganut Empirisme mengatakan bahwa pengalaman tidak
lain akibat suatu objek yang merangsang alat-alat inderawi, kemudian di dalam
otal dipahami dan akibat dari rangsangan tersebut dibentuklah
tanggapan-tanggapan mengenai objek yang telah merangsang alat-alat inderawi
tersebut.
Empirisme memegang peranan yang
amat penting bagi pengetahuan, malah barangkali merupakan satu-satunya sumber
dan dasar ilmu pengetahuan menurut penganut Empirisme. Pengalaman inderawi
sering dianggap sebagai pengadilan yang tertinggi.
b. Tokoh-tokohnya.
1. Francis Bacon (1210 -1292)
2. Thomas Hobbes ( 1588 -1679)
3. John Locke ( 1632 -1704)
4. George Berkeley ( 1665 -1753)
5. David Hume ( 1711 -1776)
6. Roger Bacon ( 1214 -1294)
b. Metode Rasionalisme
Para penganut rasionalisme berpandangan bahwa satu-satunya
sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah rasio (akal) seseorang.
Perkembangan pengetahuan mulai pesat pada abad ke-18. Orang yang dianggap
sebagai bapak rasionalisme adalah Rene Descartez (1596-1650) yang juga
dinyatakan sebagai bapak filsafat modern. Semboyannya yang terkenal adalah
cogito ergo sum (saya berpikir, jadi saya ada).
Berbeda dengan penganut empirisme,
karena rasionalisme memandang bahwa metode untuk memperoleh pengetahuan adalah melalui
akal pikiran. Bukan berarti rasionalisme menegasikan nilai pengalaman,
melainkan pengalaman dijadikan sejenis perangsang bagi akal pikiran untuk
memperoleh suatu pengetahuan. Menurut Rene Descartes (Bapak Rasionalisme),
bahwa kebenaran suatu pengetahuan melalui metode deduktif melalui cahaya yang
terang dari akal budi. Maka akal budi dipahamkan sebagai:
- Sejenis perantara khusus, yang dengan
perantara itu dapat dikenal kebenaran.
- Suatu teknik deduktif yang dengan
memakai teknik tersebut dapat ditemukan kebenaran-kebenaran yaitu dengan
melakukan penalaran.
Fungsi pengalaman inderawi bagi
penganut rasionalisme sebagai bahan pembantu atau sebagai pendorong dalam
penyelidikannya suatu memperoleh kebenaran.
Rasionalisme adalah merupakan faham atau aliran atau ajaran
yang berdasarkan ratio, ide-ide yang masuk akal.Selain itu, tidak ada sumber
kebenaran yang hakiki. Zaman Rasionalisme berlangsung dari pertengahan abad ke
XVII sampai akhir abad ke XVIII. Pada zaman ini hal yang khas bagi ilmu pengetahuan
adalah penggunaan yang eksklusif daya akal budi (ratio) untuk menemukan
kebenaran.
Ternyata, penggunaan akal budi yang demikian tidak sia-sia,
melihat tambahan ilmu pengetahuan yang besar sekali akibat perkembangan yang
pesat dari ilmu-ilmu alam. Maka tidak mengherankan bahwa pada abad-abad berikut
orang-orang yang terpelajar Makin percaya pada akal budi mereka sebagai sumber
kebenaran tentang hidup dan dunia. Hal ini menjadi menampak lagi pada bagian
kedua abad ke XVII dan lebih lagi selama abad XVIII antara lain karena
pandangan baru terhadap dunia yang diberikan oleh Isaac Newton (1643 -1727).
Berkat sarjana geniaal Fisika Inggeris ini yaitu menurutnya Fisika itu terdiri
dari bagian-bagian kevil (atom) yang berhubungan satu sama lain menurut hukum
sebab akibat.
Semua gejala alam harus diterangkan menurut jalan mekanis
ini. Harus diakui bahwa Newton sendiri memiliki suatu keinsyafan yang mendalam
tentang batas akal budi dalam mengejar kebenaran melalui ilmu pengetahuan.
Berdasarkan kepercayaan yang makin kuat akan kekuasaan akal budi lama kelamaan
orang-orang abad itu berpandangan dalam kegelapan. Baru dalam abad mereka
menaikkan obor terang yang menciptakan manusia dan masyarakat modern yang telah
dirindukan, karena kepercayaan itu pada abad XVIII disebut juga zaman
Aufklarung (pencerahan).
b.
Tokoh-tokohnya
1.
Rene Descartes (1596 -1650)
2.
Nicholas Malerbranche (1638 -1775)
3.
B. De Spinoza (1632 -1677 M)
4.
G.W.Leibniz (1946-1716)
5.
Christian Wolff (1679 -1754)
6.
Blaise Pascal (1623 -1662 M)
apik sunk apik ,, apik men,hahahahahahahahaha ,,
BalasHapusbagus bagus
BalasHapusbaguss bgt......
BalasHapussangat bermanfaat :)
BalasHapuswow
BalasHapusbagusssssssssssssssss
BalasHapusmakasih kaka
BalasHapus