BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Sejarah Test Kraeplin
Tes
kraepelin diciptakan oleh seorang psikiater jerman bernama Emilie kraepelin
pada tahun 1856 – 1926. Alat tes ini terlahir karena adanya dasar pemikiran
dari faktor-faktor yang khas pada sensori sederhana, sensori motor, perseptual
dan tingkah laku. Pada mulanya merupakan tes kepribadian. Namun dalam
pekembangannya telah berubah menjadi tes bakat, dengan cara merubah tekanan
skoring dan interpretasi. Satu hal yang perlu anda ketahui bahwa alat tes ini
akan mengungkap beberapa faktor bakat diantaranya: kecepatan, ketelitian,
keajegan, dan ketahanan kerja di dalam tekanan. Emil Kraepelin dilahirkan pada
tanggal 15 Pebruari 1856 di Neustrelitz dan wafat pada tanggal 7 Oktober 1926
di Munich. Ia menajdi dokter di Wurzburg tahun 1878, lalu menjadi dokter di
rumah sakit jiwa Munich. Pada tahun 1882 ia pindah ke Leipzig untuk bekerja
dengan Wundt yang pernah menjadi kawannya semasa mahasiswa. Dari tahun 1903
sampai meninggalnya, ia menjadi profesor psikiatri di klinik psikiatri di
Munich dan sekaligus menjadi direktur klinik tersebut.
Emil Kraepelin adalah psikiatris yang
mempelajari gambaran dan klasifikasi penyakit-penyakit kejiwaan, yang akhirnya
menjadi dasar penggolongan penyakit-penyakit kejiwaan yang disebut sebagai
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM), diterbitkan oleh
American Psychiatric Association (APA). Emil Kraepelin percaya bahwa jika
klasifikasi gejala-gejala penyakit kejiwaan dapat diidentifikasi maka asal usul
dan penyebab penyakit kejiwaan tersebut akan lebih mudah diteliti.
Kraepelin menjadi terkenal terutama karena
penggolongannya mengenai penyakit kejiwaan yang disebut psikosis. Ia membagi
psikosis dalam dua golongan utama yaitu dimentia praecox dan psikosis
manic-depresif. Dimentia praecox merupakan gejala awal dari penyakit kejiwaan
yang disebut schizophrenia. Kraepelin juga dikenal sebagai tokoh yang pertama
kali menggunakan metode psikologi pada pemeriksaan psikiatri, antara lain
menggunakan test psikologi untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan kejiwaan.
Salah satu test yang diciptakannya di kenal dengan nama test Kraepelin. Test
tersebut banyak digunakan oleh para sarjana psikologi di Indonesia pada era
tahun 1980an.
BAB
II
ISI
A. INSTRUMEN TEST KRAEPELIN
1.
Pengertian Tes Kraepelin
Tes
kraepelin merupakan tes yang sering digunakan dalam rekruitment karyawan. Dimana nantinya
disuguhi lembaran kertas yang penuh berisi angka-angka dan diminta menjumlahkan
angka diatas yang berdekatan dalam satu kolom dan menulis hasilnya di antara
angka tersebut, kemudian sesuai dengan waktu yang telah ditentukan tester atau
penguji akan meminta anda melanjutkan ke kolom selanjutnya sampai waktu tes
berakhir. kertas
tes yang berisi berbagai tahap penyelesaian kombinasi angka yang pada intinya
akan menilai aspek kepribadian, daya tahan kompetensi, dan yang lainnya,
kemudian hasil dalam bentuk grafis dan skor tes akan disesuaikan dengan
kebutuhan tes makhluk / perekrut.
2.
Tujuan Tes Kreplin
Tes kraepelin dimaksudkan untuk
mengukur maximum performance seseorang. Oleh karenanya tekanan skoring dan
interpretasi lebih didasarkan pada hasil test secara obyektif bukan pada arti
proyektifnya.
Dari hasil perhitungan
obyektif, dapat diinterpretasikan 4 hal :
1. Faktor kecepatan (speed factor)
2. Faktor ketelitian (accuracy factor)
3. Faktor keajekan (rithme factor)
4. Faktor ketahanan (ausdeur factor)
1. Faktor kecepatan (speed factor)
2. Faktor ketelitian (accuracy factor)
3. Faktor keajekan (rithme factor)
4. Faktor ketahanan (ausdeur factor)
Tes
kraepelin dapat digunakan untuk menentukan tipe performance seseorang, misalnya
:
Ø Hasil penjumlahan angka yang sangat
rendah, dapat mengindikasikan gejala depresi mental
Ø Terlalu banyak salah hitung, dapat
mengindikasikan adanya distraksi mental
Ø Penurunan grafik secara tajam, dapat
mengindikasikan epilepsi atau hilang ingatan sesaat waktu tes.
Ø Rentang ritme/grafik yang terlalu
besar (antara puncak tertinggi & terendah) dapat mengindikasikan adanya
gangguan emosional.
3.
Arah Karir
Ø Kecepatan
Kerja (Pan-ker)
Ditunjukkan
pada berapa prestasi yang dicapai dalam mengerjakan tes. Jika hasil yang
diperoleh testee tinggi maka arah karir yang cocok yaitu bekerja pada bidang pekerjaan kantoran, pekerjaan membuat jadwal, grafik,
dan chart, tetapi jika hasil yang diperoleh rendah maka testee tersebut
memiliki kecepatan yang rendah ketika bekerja.
Ø Ketelitian
Kerja (Tin-ker)
Ditunjukkan pada berapa kesalahan (salah maupun terloncat)
yang diperbuat dalam pengerjaan tes. Jika testee mendapatkan jumlah kesalahan
sedikit maka testee tersebut dapat dikategorikan mempunyai tingkat ketelitian
yang tinggi, arah karir yang cocok yaitu bekerja pada bidang manajemen,
akutansi, perpajakan, statistika, dan matematika.
Ø Keajegan Kerja
(Jan-ker)
Ditunjukkan pada irama kerja seseorang dalam mengerjakan
tes. Untuk mengetahui keajegan atau sering disebut dengan kestabilan seseorang
maka dengan cara menskor deret tertinggi dikerjakan dikurangi deret terendah
yang dikerjakan. Jika hasil yang di peroleh testee tinggi, maka arah karir yang
cocok yaitu sebagai direktur atau
pimpinan perusahaan.
Ø
Ketahanan Kerja (Han-ker)
Ditunjukkan oleh garis ausdaner dalam mengerjakan
tes. Menganalisis dari bentuk grafik yang dikerjakan oleh testee.
B. SKORING, ANALISA DAN INTERPRETASI
TES KREPLIN
a.
Aspek kecepatan ( Panker )
Ø Cara
menskor adalah menjumlahkan deret-deret yang telah dikerjakan oleh testee ( dari deret ke 1-50 ) lalu di bagi
sehingga ditemukan rata-ratanya.
∑x
Rumus
yang digunakan adalah : M = - - - - - - -
N
M =
Rata-rata
N =
Jumlah deret
∑x
= Jumlah kerja jawaban
Ø Cara
menganalisa adalah skor transfer ke pp ( persentil Point )
Ø Interpretasi
dari aspek ini, tester dapat mengetahui berapa prestasi yang dicapai dalam mengerjakan tes.
b.
Aspek ketelitian kerja ( Tinker )
Ø Cara
menskor adalah menjumlahkan kesalahan menghitung dan loncatan.
Ø Cara
menganalisa adalah skor ditransfer ke PP ( Persentil Poin )
Ø Interpretasi
dari aspek ini, tester dapat mengetahui berapa kesalahan (salah dan loncatan)
yang diperbuat dalam mengerjakan bagaimana kualitas dan konsentrasi kerja
testee. Jika testee memperoleh Raw score < 8, maka skor ini menunjukkan bahwa
testee memiliki tingkat ketelitian yang tinggi, konsentrasi yang baik, dan
kualitas kerja yang baik. Jika testee memperoleh Raw score >, maka skor ini menunjukan testee
bersikap tidak teliti, ceroboh, atau kurang berkonsentrasi dalam bekerja.
c.
Aspek keajegan / kestabilan kerja (
Janker )
Ø Cara
menskor adalah deret yang tertinggi yand dikerjakan dikurangi deret terendah
yang di kerjakan.
Rumusnya
adalah : X = Dt – Dr
Ø Cara
menganalisa adalah skor transfer ke PP ( Persentil Poin)
Ø Interpretasi
dari aspek ini adalah, tester dapat melihat yang ditunjukkan dengan irama kerja
seseorang di dalam mengerjakan tes. Stabilitas emosi adalah orang yang bisa
beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Ketika dihadapkan pada suatu
permasalahan, tidak mengekspresikan emosinya dengan berlebih-lebihan seperti
berteriak sekencang-kencangnya, memukul, dan marah-marah. Orang stabil emosinya
bisa menyeimbangkan antara kebutuhan fisik dan psikis.. Jika testee memperoleh
Raw ≥ 8, maka skor ini menunjukkan bahwa testee cenderung memilik emosi yang
tidak stabil. Jika testee memperoleh Raw < 8, maka skor ini menunjukkan
bahwa testee cenderung memiliki emosi yang stabil.
d.
Aspek ketahanan kerja ( Hanker )
Ø Cara
menskor adalah membuat titik setiap pekerjan yang diselesaikan kemudian digaris
penghubung antara titikderet 1-50 sehingga terbentuk grafik.
Ø Cara
analisa lihat bentuk grafik
Ø Interpretasi
dari aspek ini adalah, tester dapat melihat bagaimana daya tahan testee
terhadap situasi menekan ( stres ). Dari grafik, tester juga dapat melihat
bagaimana ketahanan kerja testee. Jika grafik tinggi dan cenderung stabil, maka
ketahanan kerja testee cenderung tinggi. Jika grafik rendah, maka ketahan kerja
testee cenderung rendah. Jika grafik menanjak, maka motivasi testee dalam
mengahadapi situasi menekan dan motivasi berprestasi semakin besar. Jika grafik
menurun, maka motivasi testee dalam menghadapi situasi menekan dan motivasi
berprestasi semakin rendah
Individu
dikatakan memiliki performance kerja yang baik jika dalam rentang waktu yang
lama, dalam situasi menekan ( stresfull
) mampu menampilkan unjuk kerja yang cepat, teliti, dan stabil.
C.
SKOR DAN PERSENTIL POIN
a.
Ketelitian Kerja
∑ Salah
|
PERSENTIL
POIN
|
KLASIFIKASI
|
0
|
99
|
Tinggi
|
1-2
|
95
|
Tinggi
|
3-5
|
90
|
Tinggi
|
6-11
|
75
|
Sedang
|
12-22
|
50
|
Sedang
|
23-30
|
25
|
Rendah
|
31
|
10
|
Rendah
|
b.
Kestabilan
Skor
|
PERSENTIL
POIN
|
KLASIFIKASI
|
4
|
99
|
Tinggi
|
5-6
|
95
|
Tinggi
|
7-8
|
90
|
Tinggi
|
9-10
|
75
|
Sedang
|
11-12
|
50
|
Sedang
|
13-14
|
25
|
Rendah
|
15
|
10
|
Rendah
|
c.
Kecepatan
Skor
|
PERSENTIL
POIN
|
KLASIFIKASI
|
8
|
10
|
Rendah
|
9-10
|
25
|
Rendah
|
11-12
|
50
|
Sedang
|
13-14
|
75
|
Sedang
|
15
|
90
|
Tinggi
|
16
|
95
|
Tinggi
|
17
|
99
|
Tinggi
|
D. TIPS
MENGERJAKAN TEST KRAEPELIN
1. Yang paling penting dalam mengerjakan test ini adalah konsentrasi. Test ini
sangat menguras energi, usahakan untuk tidak blank dalam mengerjakan test ini.
2.
Usahakan jumlah angka yang terjawab di masing-masing kolom stabil. Jangan
memaksakan diri untuk menjawab di kolom-kolom awal sehingga kewalahan di
pertengahan hingga akhir kolom sehingga terbentuk kurva yang zig-zag atau
menurun. Kendalikan diri dengan patokan penjumlahan sesuai dengan kemampuan
anda. Anda tidak perlu menyelesaikan semua penjumlahan sampai ujung atas untuk
masing-masing kolom. Usahakan mematok lebih dari 12 perhitungan dan tetap
stabil untuk setiap kolomnya.
3. usahakan
jangan terus mengerjakan kolom yang sudah habis waktunya karena akan
menghabiskan waktu yang disediakan untuk kolom berikutnya dan pasti akan
memberikan hasil yang jelek di kolom berikutnya.