Jumat, 06 Juni 2014

BIAS KONSELING DALAM KONSELING LINTAS BUDAYA


Description: http://htmlimg3.scribdassets.com/6cptm76cxsfaut8/images/1-6fa093ae25.jpg
                                                                                                                               







                                                                                                                   


MAKALAH
BIAS BUDAYA DALAM KONSELING LINTAS BUDAYA

Diajukan Untuk Memenuhi  Tugas Mata Kuliah Konseling Lintas Budaya
Dosen Pengampu : M. Aris Rofiqi, M.SI

Nama Kelompok :

1.      Ety Setiyowati                         (1111500022)
2.      Firna Firdausia                         (1111500100)
3.      Ika Noviyasari                         (1111500108)
4.      Yuni Eka Saraswati                 (1111500167)


BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2014


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
konselor dan klien yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, dan karena itu proses konseling sangat rawan oleh terjadinya bias-bias budaya pada pihak konselor yang mengakibatkan konseling tidak berjalan efektif. Agar berjalan efektif, maka konselor dituntut untuk memiliki kepekaan budaya dan melepaskan diri dari bias-bias budaya, mengerti dan dapat mengapresiasi diversitas budaya, dan memiliki keterampilan-keterampilan yang responsive secara kultural. Dengan demikian, maka konseling dipandang sebagai “perjumpaan budaya” (cultural encounter) antara konselor dan klien (Dedi Supriadi, 2001:6).
Untuk mencapai efektifitas proses konseling, konselor harus memahami dirinya sendiri, termasuk bias- bias budaya yang ada pada dirinya. Problem ini tidak terlalu mengemuka dalm mendeskripsikan objek jika dibandingkan dengan mendeskripsikan orang.
Dapat diasumsikan bahwa semakin banyak kesesuaian (congruence) antara konselor dengan klien dalam hal- hal tersebut (baik yang psikologis maupun yangg sosial budaya) maka akan semakin besar kemungkinan konseling akan berjalan efektif, demikian juga sebaliknya.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengartian budaya?
2.      Apa pengertian bias budaya?
3.      Apa saja jenis-jenis bias budaya?
4.      Apa faktor-faktor  penyebab bias budaya?
5.      Apa saja ciri-ciri bias budaya?
6.      Bagaimana kesadaran konselor akan nilai-nilai pada kebudayaannya dan bias yang mungkin muncul?


C.    TUJUAN MASALAH
1.      Untuk mengetahui pengertian budaya.
2.      Untuk mengetahui pengertian bias budaya.
3.      Untuk mengetahui jenis-jenis bias budaya.
4.      Untuk mengetahui faktor-faktor bias budaya.
5.      Untuk mengetahui ciri-ciri bias budaya.
6.      Untuk mengetahui kesadaran konselor akan nilai-nilai pada kebudayaannya dan bias yang mungkin muncul.




BAB II
PEMBAHASAN


A.    PENGARTIAN BUDAYA
Kata budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pikiran, akal budi atau adat-istiadat. Secara tata bahasa, pengertian kebudayaan diturunkan dari kata budaya yang cenderung menunjuk pada pola pikir manusia. Kebudayaan sendiri diartikan sebagai segala hal yang berkaitan dengan akal atau pikiran manusia, sehingga dapat menunjuk pada pola pikir, perilaku serta karya fisik sekelompok manusia.

B.     PENGERTIAN BIAS BUDAYA
Kata bias dapat diartikan sebagai pembelokan. Atau tidak adanya kesamaan, atau tidak adanya titik temu dalam suatu masalah. Bias budaya terjadi karena adanya ketidak samaan dalam memahami kebenaran atau nilai - nilai budaya. Hal ini terjadi antara satu dengan yang lain, memahami budaya yang ada dengan menggunakan kerangka pandangnya sendiri – sendiri.
Ketika dua orang berbeda budaya bertemu dan berkomunikasi baik dengan bahasa verbal maupun bahasa tubuh, komunikasi yang efektif terjadi apabila memiliki banyak kesamaan. Sebaliknya, komunikasi yang terjadi diantara dua pihak yang memiliki banyak perbedaan sulit untuk berjalan efektif. Disinilah terjadinya bias budaya.
Bias disini merupakan kecenderungan berprasangka yang menghambat, membelokan, atau mencegah penilaian yang imparsial. Menurut dia, komunikasi yang efektif terjadi apabila dua individu memiliki banyak kesamaan (homophilous).
Pada intinya yang dimaksud dengan bias budaya, tidak adanya kesefahaman terhadap suatu budaya atau saling memahami budaya yang lain. Itulah bias budaya.
faktor terpenting yang mendasari bias ini adalah kecenderungan kita untuk meremehkan, mengecilkan, bahkan mengabaikan  informasi yang relevan (misalnya, data tentang frekuensi aktual dalam kelompok tertentu) dan fakta statistik abstrak lain, dan lebih memerhatikan bukti yang lebih menonjol dan konkret meski tidak reliabel.

C.    JENIS BIAS BUDAYA
1.    Bias kognitif maksudnya kekeliruan sistematis dalam atribusi yang berasal dari keterbatasan kemampuan kognitif manusia untuk memproses informasi.
2.    Bias asimilasi mepresentasikan halangan signifikan untuk mendapatkan pemikiran yang jernih dan pemecahan problem yang efektif. Bias asimilasi disini adalah kecenderungan untuk memecahkan perbedaan antara skema yang ada dengan informasi baru melalui asimilasi ketimbang akomodasi, meski denga risiko mendistorsi informasi itu sendiri.
3.    Bias keterwakilan merupakan setiap kondisi dimana heuritis keterwakilan menghasilkan kesalahan sistematis dalam pemikiran atau pemprosesan informasi.
4.    Bias motivasi dapat diartikan setiap kekeliruan sistematis dalam atribusi yang berasal dari usaha orang untuk memuaskan kebutuhan personal, seperti keinginan akan harga diri, kekuasaan, atau prestise.

D.    FAKTOR PENYEBAB BIAS BUDAYA
1.        Komunikasi dan Bahasa
Sistem komunikasi, verbal maupun nonverbal, membedakan suatu kelompok dari kelompok lainnya. Terdapat banyak sekali bahasa verbal diseluruh dunia ini demikian pula bahasa nonverbal, meskipun bahasa tubuh (nonverbal) sering dianggap bersifat universal namun perwujudannya sering berbeda secara lokal
2.        Pakaian dan Penampilan
Pakaian dan penampilan ini meliputi pakaian dan dandanan luar juga dekorasi tubuh yang cenderung berbeda secara kultural.
3.        Makanan dan Kebiasaan Makan
Cara memilih, menyiapkan, menyajikan dan memakan makanan sering berbeda antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya. Subkultur-subkultur juga dapat dianalisis dari perspektif ini, seperti ruang makan eksekutif, asrama tentara, ruang minum teh wanita, dan restoran vegetarian.
4.        Waktu dan Kesadaran akan waktu
Kesadaran akan waktu berbeda antara budaya yang satu dengan budaya lainnya. Sebagian orang tepat waktu dan sebagian lainnya merelatifkan waktu.
5.        Penghargaan dan Pengakuan
Suatu cara untuk mengamati suatu budaya adalah dengan memperhatikan cara dan metode memberikan pujian bagi perbuatan-perbuatan baik dan berani, lama pengabdian atau bentuk-bentuk lain penyelesaian tugas.
6.        Hubungan-Hubungan
Budaya juga mengatur hubungan-hubungan manusia dan hubungan-hubungan organisasi berdasarkan usia, jenis kelamin, status, kekeluargaan, kekayaan, kekuasaan, dan kebijaksanaan.
7.        Nilai dan Norma
Berdasarkan sistem nilai yang dianutnya, suatu budaya  menentukan norma-norma perilaku bagi masyarakat yang bersangkutan. Aturan ini bisa berkenaan dengan berbagai hal, mulai dari etika kerja atau kesenangan hingga kepatuhan mutlak atau kebolehan bagi anak-anak; dari penyerahan istri secara kaku kepada suaminya hingga kebebasan wanita secara total.
8.        Rasa Diri dan Ruang
Kenyamanan yang dimiliki seseorang atas dirinya bisa diekspresikan secara berbeda oleh masing-masing budaya. Beberapa budaya sangat terstruktur dan formal, sementara budaya lainnya lebih lentur dan informal. Beberapa budaya sangat tertutup dan menentukan tempat seseorang secara persis, sementara budaya-budaya lain lebih terbuka dan berubah.
9.        Proses mental dan belajar
Beberapa budaya menekankan aspek perkembangan otak ketimbang aspek lainnya sehingga orang dapat mengamati perbedaan-perbedaan yang mencolok dalam cara orang-orang berpikir dan belajar.
10.    Kepercayaan dan sikap
Semua budaya tampaknya mempunyai perhatian terhadap hal-hal supernatural yang jelas dalam agama-agama dan praktek keagamaan atau kepercayaan mereka.

E.     CIRI-CIRI KONSELING BIAS BUDAYA
Ciri-ciri Pelayanan Konseling yang Bias Budaya adalah sebagai berikut:
1.   Pelayanan konseling yang bias budaya akan dapat terjadi jika antara konselor dan klien mempunyai perbedaan.
2.                  Konselor sadar bahwa latar belakang kebudayaan yang dimilikinya.
3.                 Konselor mampu mengenali batas kemampuan dan keahliannya
4.   Konselor merasa nyaman dengan perbedaan yang ada antara dirinya dan klien dalam bentuk ras, etnik, kebudayaan, dan kepercayaan.
Konseling lintas budaya melibatkan konselor dan klien yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, dan karena itu proses konseling sangat rawan oleh terjadinya bias-bias budaya pada pihak konselor yang mengakibatkan konseling tidak berjalan efektif. Agar berjalan efektif, maka konselor dituntut untuk memiliki kepekaan budaya dan melepaskan diri dari bias-bias budaya, mengerti dan dapat mengapresiasi diversitas budaya, dan memiliki keterampilan-keterampilan yang responsif secara kultural. Dengan demikian, maka konseling dipandang sebagai “perjumpaan budaya” (cultural encounter) antara konselor dan klien.

F.     KESADARAN KONSELOR AKAN NILAI-NILAI PADA KEBUDAYAANNYA DAN BIAS YANG MUNGKIN MUNCUL 
1.      Sikap dan Keyakinan
a.       Konselor yang handal telah menyadari keberadaan budaya dan sensitif terhadap kebudayaan yang diwarisinya, menilai dan menghargai perbedaan
b.      Konselor yang handal sadar bahwa latar belakang kebudayaan yang dimilikinya, pengalaman sikap, nilai, dan bias mempengaruhi proses psikologis
c.       Konselor yang handal mampu mengenali batas kemampuan dan keahliannya
d.      Konselor yang handal merasa nyaman dengan perbedaan yang ada antara dirinya dan klien dalam bentuk ras, etnik, kebudayaan, dan kepercayaan
2.      Pengetahuan
a.       Konselor yang handal memiliki pengetahuan tentang ras dan kebudayaannya sendiri dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi secara personal dan profesional pandangannya tentang normal dan abnormal dan proses dalam konseling
b.      Konselor yang handal mengetahui dan memahami bahwa tekanan, ras, diskriminasi, dan stereotipe mempengaruhi mereka secara personal dan dalam pekerjaannya.
c.       Konselor yang handal mengetahui dampak sosialnya terhadap orang lain. Pengetahuan mereka tentang perbedaan komunikasi, bagaimana gaya komunikasi ini mungkin akan menimbulkan perselisihan atau membantu perkembangan dalam proses konseling pada klien minoritas, dan bagaimana cara mengantisipasi dampak yang mungkin terjadi pada orang lain
3.       Keterampilan
a.       Konselor yang handal mencari: pendidikan, konsultasi, dan pengalaman pelatihan untuk memperbaiki pemahaman dan keefektifan dalam bekerja dengan populasi dari budaya yang berbeda. Mengenali keterbatasan, mereka: a) mencari konsultasi, b) mencari pelatihan dan pendidikan lebih lanjut, c) menjadi individu yang berkualifikasi atau berwawasan, atau d) kombinasi dari ketiganya
b.      Konselor yang handal secara konsisten mencari pemahaman terhadap diri mereka sebagai ras dan kebudayaan dan secara aktif mencari identias non-ras



BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Budaya merupakan segala hal yang berkaitan dengan akal atau pikiran manusia, sehingga dapat menunjuk pada pola pikir, perilaku serta karya fisik sekelompok  manusia.
Bias budaya terjadi karena adanya ketidak samaan dalam memahami kebenaran atau nilai - nilai budaya. Hal ini terjadi antara satu dengan yang lain, memahami budaya yang ada dengan menggunakan kerangka pandangnya sendiri – sendiri.
Ketika dua orang berbeda budaya bertemu dan berkomunikasi baik dengan bahasa verbal maupun bahasa tubuh, komunikasi yang efektif terjadi apabila memiliki banyak kesamaan. Sebaliknya, komunikasi yang terjadi diantara dua pihak yang memiliki banyak perbedaan sulit untuk berjalan efektif. Disinilah terjadinya bias budaya.
Faktor penyebab bias budaya antaralain:
1.        Komunikasi dan Bahasa
2.        Pakaian dan Penampilan
3.        Makanan dan Kebiasaan Makan
4.        Waktu dan Kesadaran akan waktu
5.        Penghargaan dan Pengakuan
6.        Hubungan-Hubungan
7.        Nilai dan Norma
8.        Rasa Diri dan Ruang
9.        Proses mental dan belajar
10.    Kepercayaan dan sikap
Ciri-ciri Pelayanan Konseling yang Bias Budaya adalah sebagai berikut:
1.        Pelayanan konseling yang bias budaya akan dapat terjadi jika antara konselor dan klien mempunyai perbedaan.
2.        Konselor sadar bahwa latar belakang kebudayaan yang dimilikinya.
3.        Konselor mampu mengenali batas kemampuan dan keahliannya
4.        Konselor merasa nyaman dengan perbedaan yang ada antara dirinya dan klien dalam bentuk ras, etnik, kebudayaan, dan kepercayaan.



DAFTAR PUSTAKA