MAKALAH
BIAS
BUDAYA DALAM KONSELING LINTAS BUDAYA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konseling Lintas Budaya
Dosen Pengampu : M. Aris Rofiqi, M.SI
Nama Kelompok :
1. Ety
Setiyowati (1111500022)
2. Firna
Firdausia (1111500100)
3. Ika
Noviyasari (1111500108)
4. Yuni
Eka Saraswati (1111500167)
BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
konselor
dan klien yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, dan karena itu
proses konseling sangat rawan oleh terjadinya bias-bias budaya pada pihak
konselor yang mengakibatkan konseling tidak berjalan efektif. Agar berjalan
efektif, maka konselor dituntut untuk memiliki kepekaan
budaya dan melepaskan diri dari bias-bias budaya, mengerti dan dapat
mengapresiasi diversitas budaya, dan memiliki keterampilan-keterampilan yang
responsive secara kultural. Dengan demikian, maka konseling dipandang sebagai
“perjumpaan budaya” (cultural encounter) antara konselor dan klien (Dedi
Supriadi, 2001:6).
Untuk mencapai efektifitas proses konseling, konselor harus memahami dirinya sendiri, termasuk bias-
bias budaya yang ada pada dirinya. Problem ini tidak
terlalu mengemuka dalm mendeskripsikan objek jika dibandingkan dengan mendeskripsikan
orang.
Dapat diasumsikan bahwa semakin
banyak kesesuaian (congruence) antara konselor dengan klien dalam hal-
hal tersebut (baik yang psikologis maupun yangg sosial budaya) maka akan
semakin besar kemungkinan konseling akan berjalan efektif, demikian juga
sebaliknya.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa pengartian
budaya?
2.
Apa pengertian
bias budaya?
3. Apa saja jenis-jenis bias budaya?
4. Apa faktor-faktor penyebab bias budaya?
5. Apa saja ciri-ciri bias budaya?
6. Bagaimana kesadaran konselor akan nilai-nilai pada
kebudayaannya dan bias yang mungkin muncul?
C.
TUJUAN
MASALAH
1.
Untuk
mengetahui pengertian budaya.
2.
Untuk
mengetahui pengertian bias budaya.
3.
Untuk
mengetahui jenis-jenis bias budaya.
4.
Untuk
mengetahui faktor-faktor bias budaya.
5.
Untuk
mengetahui ciri-ciri bias budaya.
6.
Untuk
mengetahui kesadaran konselor akan nilai-nilai pada kebudayaannya dan bias yang
mungkin muncul.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGARTIAN BUDAYA
Kata budaya dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia diartikan sebagai pikiran, akal budi atau adat-istiadat.
Secara tata bahasa, pengertian kebudayaan diturunkan dari kata budaya yang
cenderung menunjuk pada pola pikir manusia. Kebudayaan sendiri diartikan
sebagai segala hal yang berkaitan dengan akal atau pikiran manusia, sehingga
dapat menunjuk pada pola pikir, perilaku serta karya fisik sekelompok manusia.
B. PENGERTIAN
BIAS BUDAYA
Kata bias dapat diartikan sebagai
pembelokan. Atau tidak adanya kesamaan, atau tidak adanya titik temu dalam
suatu masalah. Bias budaya terjadi karena adanya ketidak samaan
dalam memahami kebenaran atau nilai - nilai budaya. Hal ini terjadi antara satu
dengan yang lain, memahami budaya yang ada dengan
menggunakan kerangka pandangnya sendiri – sendiri.
Ketika dua
orang berbeda budaya bertemu dan berkomunikasi baik dengan bahasa verbal maupun
bahasa tubuh, komunikasi yang efektif terjadi apabila memiliki banyak kesamaan.
Sebaliknya, komunikasi yang terjadi diantara dua pihak yang memiliki banyak
perbedaan sulit untuk berjalan efektif. Disinilah terjadinya bias budaya.
Bias disini merupakan kecenderungan
berprasangka yang menghambat, membelokan, atau mencegah penilaian yang
imparsial. Menurut dia, komunikasi yang efektif terjadi
apabila dua individu memiliki banyak kesamaan (homophilous).
Pada intinya yang dimaksud dengan bias budaya, tidak adanya
kesefahaman terhadap suatu budaya atau saling memahami budaya yang lain. Itulah bias budaya.
faktor terpenting yang mendasari
bias ini adalah kecenderungan kita untuk meremehkan, mengecilkan, bahkan
mengabaikan informasi yang relevan
(misalnya, data tentang frekuensi aktual dalam kelompok tertentu) dan fakta
statistik abstrak lain, dan lebih memerhatikan bukti yang lebih menonjol dan
konkret meski tidak reliabel.
C. JENIS BIAS BUDAYA
1.
Bias kognitif
maksudnya kekeliruan sistematis dalam atribusi yang berasal dari keterbatasan
kemampuan kognitif manusia untuk memproses informasi.
2.
Bias asimilasi
mepresentasikan halangan signifikan untuk mendapatkan pemikiran yang jernih dan
pemecahan problem yang efektif. Bias asimilasi disini adalah kecenderungan
untuk memecahkan perbedaan antara skema yang ada dengan informasi baru melalui
asimilasi ketimbang akomodasi, meski denga risiko mendistorsi informasi itu
sendiri.
3.
Bias
keterwakilan merupakan setiap kondisi dimana heuritis keterwakilan menghasilkan
kesalahan sistematis dalam pemikiran atau pemprosesan informasi.
4.
Bias motivasi
dapat diartikan setiap kekeliruan sistematis dalam atribusi yang berasal dari
usaha orang untuk memuaskan kebutuhan personal, seperti keinginan akan harga
diri, kekuasaan, atau prestise.
D.
FAKTOR PENYEBAB BIAS BUDAYA
1.
Komunikasi dan Bahasa
Sistem komunikasi, verbal maupun
nonverbal, membedakan suatu kelompok dari kelompok lainnya. Terdapat banyak
sekali bahasa verbal diseluruh dunia ini demikian pula bahasa nonverbal,
meskipun bahasa tubuh (nonverbal) sering dianggap bersifat universal namun
perwujudannya sering berbeda secara lokal
2.
Pakaian dan Penampilan
Pakaian dan penampilan ini meliputi
pakaian dan dandanan luar juga dekorasi tubuh yang cenderung berbeda secara
kultural.
3.
Makanan dan Kebiasaan Makan
Cara memilih, menyiapkan,
menyajikan dan memakan makanan sering berbeda antara budaya yang satu dengan
budaya yang lainnya. Subkultur-subkultur juga dapat dianalisis dari perspektif
ini, seperti ruang makan eksekutif, asrama tentara, ruang minum teh wanita, dan
restoran vegetarian.
4.
Waktu dan Kesadaran akan waktu
Kesadaran akan waktu berbeda antara
budaya yang satu dengan budaya lainnya. Sebagian orang tepat waktu dan sebagian
lainnya merelatifkan waktu.
5.
Penghargaan dan Pengakuan
Suatu cara untuk mengamati suatu
budaya adalah dengan memperhatikan cara dan metode memberikan pujian bagi
perbuatan-perbuatan baik dan berani, lama pengabdian atau bentuk-bentuk lain
penyelesaian tugas.
6.
Hubungan-Hubungan
Budaya juga mengatur hubungan-hubungan
manusia dan hubungan-hubungan organisasi berdasarkan usia, jenis kelamin,
status, kekeluargaan, kekayaan, kekuasaan, dan kebijaksanaan.
7.
Nilai dan Norma
Berdasarkan sistem nilai yang
dianutnya, suatu budaya menentukan
norma-norma perilaku bagi masyarakat yang bersangkutan. Aturan ini bisa
berkenaan dengan berbagai hal, mulai dari etika kerja atau kesenangan hingga
kepatuhan mutlak atau kebolehan bagi anak-anak; dari penyerahan istri secara
kaku kepada suaminya hingga kebebasan wanita secara total.
8.
Rasa Diri dan Ruang
Kenyamanan yang dimiliki seseorang
atas dirinya bisa diekspresikan secara berbeda oleh masing-masing budaya. Beberapa budaya sangat terstruktur dan formal, sementara
budaya lainnya lebih lentur dan informal. Beberapa budaya sangat tertutup dan
menentukan tempat seseorang secara persis, sementara budaya-budaya lain lebih
terbuka dan berubah.
9.
Proses mental dan belajar
Beberapa budaya menekankan aspek
perkembangan otak ketimbang aspek lainnya sehingga orang dapat mengamati
perbedaan-perbedaan yang mencolok dalam cara orang-orang berpikir dan belajar.
10. Kepercayaan
dan sikap
Semua budaya tampaknya mempunyai
perhatian terhadap hal-hal supernatural yang jelas dalam agama-agama dan
praktek keagamaan atau kepercayaan mereka.
E.
CIRI-CIRI KONSELING BIAS BUDAYA
Ciri-ciri Pelayanan
Konseling yang Bias Budaya adalah sebagai berikut:
1.
Pelayanan konseling yang
bias budaya akan dapat terjadi jika antara konselor dan klien mempunyai
perbedaan.
2.
Konselor sadar bahwa latar belakang kebudayaan
yang dimilikinya.
3.
Konselor mampu mengenali
batas kemampuan dan keahliannya
4.
Konselor merasa nyaman
dengan perbedaan yang ada antara dirinya dan klien dalam bentuk ras, etnik,
kebudayaan, dan kepercayaan.
Konseling lintas
budaya melibatkan konselor dan klien yang berasal dari latar belakang budaya
yang berbeda, dan karena itu proses konseling sangat rawan oleh terjadinya
bias-bias budaya pada pihak konselor yang mengakibatkan konseling tidak
berjalan efektif. Agar berjalan efektif,
maka konselor dituntut untuk memiliki kepekaan budaya dan melepaskan diri dari
bias-bias budaya, mengerti dan dapat mengapresiasi diversitas budaya, dan
memiliki keterampilan-keterampilan yang responsif secara kultural. Dengan
demikian, maka konseling dipandang sebagai “perjumpaan budaya” (cultural encounter)
antara konselor dan klien.
F. KESADARAN
KONSELOR AKAN NILAI-NILAI PADA KEBUDAYAANNYA DAN BIAS YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Sikap
dan Keyakinan
a. Konselor
yang handal telah menyadari keberadaan budaya dan sensitif terhadap kebudayaan
yang diwarisinya, menilai dan menghargai perbedaan
b. Konselor
yang handal sadar bahwa latar belakang kebudayaan yang dimilikinya, pengalaman
sikap, nilai, dan bias mempengaruhi proses psikologis
c. Konselor
yang handal mampu mengenali batas kemampuan dan keahliannya
d. Konselor
yang handal merasa nyaman dengan perbedaan yang ada antara dirinya dan klien
dalam bentuk ras, etnik, kebudayaan, dan kepercayaan
2. Pengetahuan
a. Konselor
yang handal memiliki pengetahuan tentang ras dan kebudayaannya sendiri dan
bagaimana hal tersebut mempengaruhi secara personal dan profesional
pandangannya tentang normal dan abnormal dan proses dalam konseling
b. Konselor
yang handal mengetahui dan memahami bahwa tekanan, ras, diskriminasi, dan
stereotipe mempengaruhi mereka secara personal dan dalam pekerjaannya.
c. Konselor
yang handal mengetahui dampak sosialnya terhadap orang lain. Pengetahuan mereka
tentang perbedaan komunikasi, bagaimana gaya komunikasi ini mungkin akan
menimbulkan perselisihan atau membantu perkembangan dalam proses konseling pada
klien minoritas, dan bagaimana cara mengantisipasi dampak yang mungkin terjadi
pada orang lain
3. Keterampilan
a. Konselor
yang handal mencari: pendidikan, konsultasi, dan pengalaman pelatihan untuk
memperbaiki pemahaman dan keefektifan dalam bekerja dengan populasi dari budaya
yang berbeda. Mengenali keterbatasan, mereka: a) mencari konsultasi, b) mencari
pelatihan dan pendidikan lebih lanjut, c) menjadi individu yang berkualifikasi
atau berwawasan, atau d) kombinasi dari ketiganya
b. Konselor
yang handal secara konsisten mencari pemahaman terhadap diri mereka sebagai ras
dan kebudayaan dan secara aktif mencari identias non-ras
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Budaya
merupakan segala hal yang berkaitan dengan akal atau pikiran manusia, sehingga
dapat menunjuk pada pola pikir, perilaku serta karya fisik sekelompok manusia.
Bias
budaya terjadi karena adanya ketidak samaan dalam memahami kebenaran atau nilai
- nilai budaya. Hal ini terjadi antara satu dengan yang lain, memahami budaya
yang ada dengan menggunakan kerangka pandangnya sendiri – sendiri.
Ketika
dua orang berbeda budaya bertemu dan berkomunikasi baik dengan bahasa verbal
maupun bahasa tubuh, komunikasi yang efektif terjadi apabila memiliki banyak
kesamaan. Sebaliknya, komunikasi yang terjadi diantara dua pihak yang memiliki
banyak perbedaan sulit untuk berjalan efektif. Disinilah terjadinya bias
budaya.
Faktor
penyebab bias budaya antaralain:
1.
Komunikasi dan Bahasa
2.
Pakaian dan Penampilan
3.
Makanan dan Kebiasaan Makan
4.
Waktu dan Kesadaran akan waktu
5.
Penghargaan dan Pengakuan
6.
Hubungan-Hubungan
7.
Nilai dan Norma
8.
Rasa Diri dan Ruang
9.
Proses mental dan belajar
10. Kepercayaan
dan sikap
Ciri-ciri Pelayanan Konseling yang Bias Budaya adalah sebagai berikut:
1.
Pelayanan konseling yang
bias budaya akan dapat terjadi jika antara konselor dan klien mempunyai
perbedaan.
2.
Konselor sadar bahwa latar
belakang kebudayaan yang dimilikinya.
3.
Konselor mampu mengenali
batas kemampuan dan keahliannya
4.
Konselor merasa nyaman
dengan perbedaan yang ada antara dirinya dan klien dalam bentuk ras, etnik, kebudayaan,
dan kepercayaan.
DAFTAR PUSTAKA
lanjutkan
BalasHapus👍
BalasHapus