MAKALAH
PARAMETER MASALAH SECARA SPESIFIK DALAM BK
Disusun untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah APTL 1
Dosen Pengampu : Sri Adi Nurhayati,
S.Psi. MM
Disusun :
Kelompok I
1. Akmal
Hafid (1111500074)
2. Dwi
Hidayatsyah (1111500092)
3. Endah
Laraswati (1111500095)
4. Firna
Firdausia (1111500100)
5. Mohamad
Iqbal Mustofa (1111500038)
6. Nur
Laeli (1111500130)
KELAS : E & F
BIMBINGAN
DAN KONSELING
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PANCASAKTI TEGAL
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun makalah APTL 1 yang berjudul “Parameter Masalah Secara Spesifik Dalam BK”
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih khususnya kepada ibu Sri Adi Nurhayati S.Psi, MM selaku dosen
pengampu mata kuliah APTL 1 dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan baik.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
baik bagi penulis maupun bagi orang lain yang membacanya. Namun demikian, penulis telah berupaya dengan
segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik dan
oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima
masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca.
Tegal, 20 Juni 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGATAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Parameter
B.
Pengertian masalah
C.
Pengertian parameter masalah
D.
Parameter masalah dalam konseling
E.
Menulis aitem
F.
Menentukan indikator
G.
Blue print
H.
Menentukan parameter
a.
Membuat contoh kasus
b.
Identifikasi, diagnosa, prognosa, & treatmen
c.
Indikator masalah
d.
Blue print
e.
Tes
BAB III KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pemahaman individu
(http://dalamsebuahperjalanan.wordpress.com/2012/03/17/pengertian-pemahaman-individu/ di unduh pada tanggal 20 juni 2013 pukul
20:38) merupakan suatu upaya yang dilakukan
oleh konselor berupa pengumpulan data, analisis data, penafsiran hasil
analisis, dan penarikan keimpulan tentang diri individu untuk kepentingan
layanan Bimbingan dan Konseling.
Salah satu hal yang penting dalam bimbingan dan konseling
ialah memahami individu secara keseluruhan baik masalah yang dihadapi maupun
latar belakangnya. Dengan demikian individu akan memperoleh bantuan yang tepat
dan terarah. Dengan kata lain perlunya pemahaman individu dalam layanan
bimbingan dan konseling adalah agar individu memperoleh bantuan yang sesuai
dengan kemampuan dan potensinya agar apa yang diharapkannya dapat tercapai
(artinya individu dapat mencapai penyesuaian diri dengan dirinya sendiri,
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat).
Cara-cara yang
digunakan untuk memahami individu tersebut mencakup observasi, interview, skala
psikologis, daftar cek, inventory, tes proyeksi, dan beberapa macam tes.
Pemahaman atau penilaian itu dimaksudkan untuk kepentingan pemberian bantuan
bagi pengembangan potensi yang ada padanya (developmental) dan atau
penyelesaian masalah-masalah yang dihadapinya (klinis). Dalam melakukan asesmen
itu, lazim digunakan berbagai instrumen yang bisa dikelompokkan menjadi dua,
yaitu dengan cara tes dan non-tes.
Adapun tujuan
pemahaman individu dalam Bimbingan dan Konseling yaitu agar konselor semakin
mampu menerima keadaan konseli (individu/siswa) seperti apa adanya, konselor
semakin mampu memperlakukan konseli sebagaimana mestinya, konselor terhindar
dari gangguan komunikasi sehingga proses konseling dapat berjalan sebagaimana
mestinya.
Pengukuran
masalah dalam bimbingan dan konseling merupakan bagian dari asesmen. Oleh
karena itu, kami menyusun makalah ini guna mengetahui cara menyusun pengukuran
masalah yang spesifik.
B.
Rumusan
Masalah
Dalam makalah ini, penulisakan memaparkan beberapa pokok-pokok permasalahan antara lain:
a.
Pengertian Parameter
b.
Pengertian
Masalah
c.
Pengertian
Parameter Masalah
d.
Parameter
Masalah dalam Konseling.
e.
Menulis Aitem
f.
Menentukan Indikator
g.
Blue Print
h.
Menentukan Parameter.
Didalam penentuan parameter juga
akan dibahas tentang :
a.
Membuat Contoh Kasus
b.
Identifikasi, Diagnosa,Prognosa, dan Treatmen
c.
Indikator
Masalah
d.
Blue Print
e.
Tes
C.
Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah :
a.
Mengetahui
dan memahami pengertian parameter masalah, parameter masalah dalam BK
b.
Kita
dapat menentukan parameter masalah mulai dari contoh kasus, Identifikasi, Diagnosa, Prognosa, Treatmen, serta menentukan
Indikator Masalah, blue print dan tes
BAB
II
PEMABAHASAN
A. Pengertian Parameter
1. Menurut
kamus besar bahasa Indonesia (http://www.kamusbesar.com/28761/parameter
di unduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 15:21) merupakan ukuran seluruh
populasi dl penelitian yg harus diperkirakan dr yg terdapat di dl percontoh;
(nomina)
2. Menurut
(http://lisnoorchayati.wordpress.com/2010/05/17/apa-perbedaan-dari-parameter-dan-argumen/
di unduh pada tanggal 20 Mei 2013 pukul 12:11) merupakan indikator dari suatu
distribusi hasil pengukuran. Nilai yang mengikuti sebagai acuan. Keterangan
atau informasi yang dapat menjelaskan batas-batas atau bagian-bagian tertentu
dari suatu sistem. Suatu parameter adalah kuantitas terukur yang inheren dalam
suatu masalah. Syarat ketercapaian tujuan. Artinya, parameter yang terwujudkan hmengindikasikan
ketercapaian tujuan.
3. Menurut
(http://www.businessdictionary.com/definition/parameter.html
di unduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 15:20) Didefinisikan,
terukur, dan konstan atau variabel karakteristik, dimensi, properti, atau
nilai, dipilih dari sekumpulan data (atau populasi) karena dianggap penting
untuk memahami situasi (atau dalam memecahkan masalah). Sebagai perbandingan,
perimeter menetapkan batas eksternal situasi tetapi tidak membantu dalam
menilai, dan statistik adalah ukuran sampel dan bukan dari populasi.
Sedangkan
menurut kelompok kami parameter adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan dari indikator masalah-masalah yang ada dalam
setiap individu.
B. Pengertian Masalah
Masalah (http://yayatsahut.blogspot.com/2011/04/pengertian-dan-jenis-masalah.html
diunduh pada tanggal 26 juni 2013 pukul 15:36) menurut:
1. James
Stoner, Masalah adalah suatu situasi menghambat organisasi untuk mencapai satu
atau lebih tujuan.
2. Prajudi
Atmosudirjo, Masalah adalah sesuatu yang menyimpang dari apa yang diharapkan,
direncanakan, ditentukan untuk dicapai sehingga merupakan rintangan menuju
tercapainya tujuan.
3. Roger
Kaufman, Masalah adalah suatu kesenjangan yang perlu ditutup antara hasil yang
dicapai pada saat ini dan hasil yang diharapkan.
Sedangkan
menurut kelompok kami masalah adalah suatu keadaan yang tidak dikehendaki dalam
kehidupan kita karena adanya suatu kesenjangan dengan suatu yang diharapkan
C. Pengertian Parameter Masalah
Parameter menurut kelompok kami adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dari indikator masalah-masalah yang ada dalam setiap individu.
masalah
menurut kelompok kami adalah suatu keadaan yang tidak dikehendaki dalam
kehidupan kita karena adanya suatu kesenjangan dengan suatu yang diharapkan
Jadi
parameter masalah menurut kelompok kami adalah suatu alat ukur yang digunakan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan individu dalam menyelesaikan masalah yang
sedang dihadapinya.
D. Parameter
Masalah dalam Konseling
Pengukuran (dalam buku Penyusunan Skala Psikologi, Saifuddin Azwar,
2012, halaman 1-3) dapat
didefinisikan sebagai proses kuantifikasi suatu atribut. Pengukuran yang
diharapkan akan menghasilkan data yang valid harus dilakukan secara sistematik.
Berbagai alat ukur telah diciptakan untuk melakukan pengukuran atribut dalam
bidang fisik seperti berat badan, kecepatan kendaraan, luas bidang datar, suhu
udara, dan semacamnya yang segi validitasnya hamper semua dapat diterima secara universal. Kuantifikasi berat badan
dengan mudah dilakukan dengan bantuan alat timbangan badan dan kuantifikasi
kecepatan laju kendaraan dilakukan dengan bantuan speedometer sehingga angka berat badan 65 kg atau angka laju
kendaraan 110 km/jam memberikan gambaran yang mudah dimengerti oleh hampir
semua orang. Validitas, reliabilitas, dan objektivitas hasil pengukuran di bidang
fisik tidak banyak lagi menjadi sumber kekhawatiran dan tidak banyak lagi
dipertanyakan orang. Apalagi untuk menjaga akurasi hasil pengkuran
fisik, selalu dapat dilakukan tera ulang atau kalibrasi secara berkala.
Pada sisi lain, pengukuran di
bidang non-fisik khususnya di bidang
psikologi masih berada dalam taraf perkembangan yang mungkin tidak akan
pernah mendekati kesempurnaan. Beberapa
tes dan skala psikologi yang standar ( standard
measures ) dan yang telah terstandarkan ( standardized measures ) kualitasnya belum dapat dikatakan optimal. Berbagai kemajauan pesat
dibidang teori pengkuran psikologi (psikometri) justru menyikap sisi lemah dari
banyak tes dan skala psikologi yang sudah ada dan sudah lama digunakan.
Dibandingkan dengan atribut fisik, pngukuran atribut-atribut psikologis jauh lebih sukar
dan bahkan mungkin tidak akan pernah dapat dilakukan dengan tingkat validitas
,reliabilitas, dan objetivitas yang sangat tinggi. Hal ini antara lain
dikarenakan :
1. Atribut
psikologis bersifat latent, yang
eksistensinya ada secara konseptual. Artinya, objek pengukuran psikologi
merupakan konstrak yang tidak dapat teramati secara langsung melalui banyak
indikator perilakuan yang operasional. Merumuskan indikator keprilakuan secara
tepat bukanlah hal yang mudah dilakukan.
2. Aitem-aitem
dalam skala psikologi ditulis berdasarkan indikator keprilakuan yang jumlahnya
pasti terbatas. Keterbatasan itu dapat mengakibatkan hasil pengukuran psikologi
menjadi tidak cukup komprehensif sedangkan bagian indikator keprilakuan yang
terbatas itupun sangat mungkin pula masih tumpang tindah dengan indikator
keprilakuan dari atribut psikologi yang lain.
3. Respon
yang diberikan oleh subjek terhadap stimulus dalam skala psikologi sedikit
banyak dipengaruhi oleh variabel-variabel yang tidak relevan seperti suasana
hati subjek, gangguan kondisi dan situasi disekitar, dan semacamnya.
4. Atribut
psikologi yang terdapat dalam diri manusia stabilitasnya tidak tinggi. Banyak
yang mudah berubah sejalan waktu dan situasi.
5. Interpretasi
terhadap hasil ukur psikologi hanya dapat dilakukan secara normatif. Dalam
istilah pengukuran, dikatakan pengukuran psikologi terdapat lebih banyak sumber
eror.
Dalam melakukan tolak
ukur konseling dapat menggunakan antara lain:
1.
Pengertian
Assesmen
1. Menurut
Ratna Widiastuti (http://bkpemula.wordpress.com/2012/01/29/assesmen-dalam-bk/
di unduh pada tanggal 19 juni 2013 pukul 09:53) merupakan salah satu
kegiatan pengukuran. Dalam konteks bimbingan konseling, asesmen yaitu
mengukur suatu proses konseling yang harus dilakukan konselor sebelum,
selama, dan setelah konseling tersebut dilaksanakan/ berlangsung. Asesmen
merupakan salah satu bagian terpenting dalam seluruh kegiatan yang ada dalam
konseling (baik konseling kelompok maupun konseling individual).
2. Menurut
(http://yadhy-nienk.blogspot.com/2011/02/pengertian-asesmen-serta-formatnya.html di unduh pada tanggal 13 Juni 2013 pukul
11:30) merupakan kegiatan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan/kompetensi
yang dimiliki oleh konselee dalam memecahkan masalah. Asesmen yang
dikembangkan adalah asesmen yang baku dan meliputi beberapa aspek yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor dalam kompetensi dengan menggunakan
indicator-indikator yang ditetapkan dan dikembangkan oleh
guru BK/konselor sekolah.
3. Menurut
Robert M Smith (http://unsilster.com/2009/12/pengertian-asesmen/
di unduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 15:48)
“Suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hsil keputusannya dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran.
“Suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hsil keputusannya dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran.
4. Menurut
James A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis
(http://unsilster.com/2009/12/pengertian-asesmen/ di unduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 15:48) “Proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi tersebut guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realitas sesuai dengan kenyataan objektif.
(http://unsilster.com/2009/12/pengertian-asesmen/ di unduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 15:48) “Proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi tersebut guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realitas sesuai dengan kenyataan objektif.
Jadi
menurut kelompok kami assesmen adalah suatu bentuk pengukuran
2.
Pengertian Insrtrumentasi
1) Menurut
Ibnu Hadjar (http://yusrizalfirzal.wordpress.com/2010/11/15/konsep-dasar-instrumen-penelitian/
di unduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 16:36) berpendapat bahwa instrumen
merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif
tentang variasi karakteristik variabel secara objektif.
2) Menurut
Sumadi Suryabrata (http://yusrizalfirzal.wordpress.com/2010/11/15/konsep-dasar-instrumen-penelitian/
di unduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 16:37) adalah alat yang digunakan
untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas
atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis
biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi
mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan.
Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan.
3) Menurut
(http://konseling.ipdn.ac.id/gbpp-sap-pelatihan
di unduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 16:39) adalah upaya pegungkapan melalui pengukuran
dengan memakai alat ukur atau instrument tertentu. Hasil aplikasi ditafsirkan,
disikapi dan digunakan untuk memberikan perlakuan terhadap klien dalam
bentuk layanan konseling.
4) Menurut
(http://wieztha.blogspot.com/2012/05/jenis-jenis-instrumen-bimbingan.html
di unduh pada tanggal 19 juni 2013 pukul 09:44) merupakan bagian dari kegiatan
pendukung dari bimbingan konseling yang mana terdapat di dalamnya instrument
tes dan non tes.
A.
Instrumen Tes
a) Secara umum
kegunaan berbagai tes itu menurut
(http://konseling.ipdn.ac.id/gbpp-sap-pelatihan di unduh pada tanggal 26 Juni 2013
pukul 16:44) ialah membantu konselor dalam :
1. Memperoleh
dasar-dasar pertimbangan berkenaan dengan berbagai masalah pada individu yang
di tes, seperti masalah penyesuaian dengan lingkungan, masalah prestasi atau
hasil belajar, masalah penempatan dan penyaluran;
2. Memahami
sebab-sebab terjadinya masalah diri individu;
3. Mengenali
individu (misalnya peserta didik) yang memiliki kemampuan yang sangat tinggi
dan sangat rendah yang memerlukan bantuan khusus;
4. Memperoleh
gambaran tentang kecakapan, kemampuan, atau keterampilan seseorang individu
dalam bidang tertentu.
b) Persyaratan
instrumen tes yang baik :
Penyusunan tes menurut
(http://konseling.ipdn.ac.id/gbpp-sap-pelatihan di unduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul
16:39) dilakukan melalui tiga tahap, yaitu perencanaan tes,
penulisan tes dan analisis tes. Perencanaan tes dilakukan dengan
langkah-langkah :
1. Menetapkan
tujuan tes
2. Menetapkan
hasil belajar yang akan diukur
3. Mempersiapkan
tabel spesifikasi
4. Menetapkan isi
materi tes
5. Menetapkan
butir tes
6. Menyiapkan
norma aturan
7. Mempersiapkan
kunci scoring
Berbagai hal yang diperoleh konselor dari hasil tes
dipergunakan konselor untuk menetapkan jenis layanan yang perlu diberikan
kepada individu yang dimaksudkan.
Setelah diketahui bahwa tes yang hendak digunakan
merupakan tes standar maka dalam bimbingan konseling ada beberapa instrument
atau alat tes yang dapat di gunakan untuk kepentingan penyelenggaraan program
bimbingan dan konseling
B.
Instrumen Non-Tes
Instrumen non-tes menurut
(http://konseling.ipdn.ac.id/gbpp-sap-pelatihan di unduh pada tanggal 26 Juni 2013
pukul 16:41) meliputi berbagai prosedur, seperti pengamatan,
wawancara, catatan anekdot, angket, sosiometri, inventori yang dibakukan.
Agar diperoleh hasil yang terandalkan, pengamatan dan wawancara dilakukan
dengan mempergunakan pedoman pengamatan atau pedoman wawancara. Catatan anekdot
merupakan hasil pengamatan, khususnya tentang tingkah laku yang tidak biasa
atau khusus yang perlu mendapatkan perhatian tersendiri. Angket dan daftar
isian dipergunakan untuk mengungkapkan berbagai hal, biasanya tentang
diri individu, oleh individu sendiri. Sosiometri untuk melihat dan memberikan
gambaran tentang pola hubungan sosial di antara individu-individu dalam
kelompok. Dengan sosiometri akan dapat dilihat individu-individu yang populer,
yang membentuk klik atau kelompok-kelompok tertentu, dan mereka yang terpencil
(terisolasi). Sedangkan melalui inventori yang dibakukan akan dapat diungkapkan
berbagai hal yang biasanya merupakan pokok pembahasan dalam rangka pelayanan
bimbingan dan konseling secara lebih luas, seperti pengungkapan jenis-jenis
masalah yang dialami individu, sikap dan kebiasaan belajar peserta didik.
E.
Menulis
Aitem
(dalam buku Penyusunan Skala Psikologi, Saifuddin Azwar,
2012, halaman 37 dan 41)
a. Spesifikasi
Skala
Kisi-kisi
skala pada dasarnya hanya memuat aspek-aspek keperilakuan, indikator
keperilakuan, dan bobot yang relatif masing-masing aspek. Kisi-kisi tidak
menerangkan tentang jumlah aitem yang
dikehendaki, format dan tipe soal, format respon, serta informasi lain. Oleh
karena itu, kisi-kisi perlu dilengkapi dengan beberapa penjelasan paling tidak
mengenai format aitem, format respon, dan jumlah aitem yang direncanakan dalam
skala, serta keterangan lain yang dapat menggambarkan dengan lengkap bentuk
aitem dan bentuk final skala yang sedang dirancang.
b. Format
Aitem
Dari
berbagai format yang banyak digunakan dalam penyusunan skala psikologi pada
dasarnya dapat dibedakan bentuknya menjadi dua macam, yaitu a) bentuk
pernyataan dan b) bentuk pertanyaan. Kedua bentuk aitem tersebut menyediakan
beberapa pilihan respon.
Diantara
aitem dalam format peryataan ada yang berupa serangkaian kalimat deklaratif
saja dan ada yang didahului oleh beberapa baris kalimat atau gambar sebagai
stimulus kemudian diikuti oleh pernyataan berkenaan dengan stimulus tersebut.
Begitu pula aitem yang dalam bentuk pertanyaan dapat dibuat hanya dalam
serangkai kalimat Tanya atau dibuat dengan didahului oleh stimulus berupa
beberapa kalimat atau gambar
c. Aitem
Favorabel dan aitem tidak favorabel
Aspek
keperilakuan harus selalu dirumuskan dalam arah favorabel (favorable) yaitu berisi konsep keperilakuan yang sesuai atau
mendukung atribut yang diukur. Begitu pula halnya indikator keperilakuan harus
selalu dirumuskan dalam kalimat favorabel yaitu yang menggambarkan secara
operasional perilaku yang mendukung cirri aspek keperilakuannya. Hal tersebut
tidak berlaku dalam penulisan aitem. Aitem selain ditulis dalam arah favorabel
dapat juga ditulis dalam arah tidak favorabel, yaitu yang isinya bertentangan
atau tidak mendukung cirri perilaku yang dikehendaki oleh indikator
keperilakuannya.
F. Menentukan Indikator
Indikator keperilakuan (dalam buku Penyusunan Skala Psikologi, Saifuddin Azwar,
2012, halaman 28 - 29) adalah deskripsi
bentuk-bentuk perilaku yang mengindikasikan adanya atribut psikologi yang di
ukur. Salah satu karakteristik utama indikator keperilakuan adalah rumusannya
yang sangat operasional dan berada dalam tingkat kejelasan yang dapat di ukur
(measureable) dan karenanya dapat dikuantifikasikan. Sebagai suatu analogi,
fungsi indikator keperilakuan dalam mendiagnosis atribut psikolog dapat
disamakan dengan fungsi symptom atau gejala-gejala yang di gunakan dokter untuk
mendiagnosis penyakit. Dokter tidak punya alat ukur penyakit, tapi ia dapat
menyimpulkan bahwa seorang menderita demam berdarah dengan melihat dan
mengukur suhu tubuh, tekanan darah,
pulsa nadi, kadar HB, dan lain-lain simpton yang relevan. Begitu pula dalam
dunia pengukuran psikologi, sebagai suatu atribut maka kecemasan tidak dapat
diukur secara langsung namun dapat disimpulkan dari bentuk-bentuk perilaku
tertentu yang mengindikasikan secara tidak langsung adanya kecemasan. Itulah
fungsi indikator keperilakuan.
Tidak seperti halnya perumusan aspek keperilakuan yang
harus selalu berada dalam batas koridor teori dan sama sekali tidak boleh
keluar dari konstrak atribut yang diukur, maka perumusan indikator keperilakuan
banyak tergantung kepada kreativitas dan intuisi perancang skala. Selama
rumusan indikator keperilakuan dinilai relevan dan logis untuk menggambarkan
secara konkret aspek keperilakuannya, maka indikator tersebut dapat diterima.
Rumusan indikator keperilakuan harus dinyatakan dalam bentuk favorabel
sebagaimana perumusan dimensi-dimensi keperilakuan, dan seyogyanya dalam bentuk
kalimat / kata kerja.
Pada gilirannya nanti, masing-masing indikator akan diuji
secara empirik guna membuktikan relevansinya dalam pengukuran atribut yang
bersangkutan. Indikator yang tidak relevan akan gugur dengan sendirinya dalam
analisis berdasar data empirik, bilamana tidak didukung oleh data respon
subjek, karena aitem-aitem yang ada di dalamnya tidak memiliki daya beda yang
baik.
Indikator menurut
(http://alisarjunipadang.blogspot.com/2013/04/pengertian-indikator.html di unduh pada
tanggal 13 juni 2013 pukul 11:35) Memiliki Karakteristik sebagai berikut :
1. Sahih
(Valid) artinya indikator benar-benar
dapat dipakai untuk mengukur aspek-aspek yang akan dinilai.
2. Dapat
dipercaya (Reliable): mampu
menunjukkan hasil yang sama pada saat yang berulang kali, untuk waktu sekarang
maupun yang akan datang.
3. Peka
(Sensitive): cukup peka untuk
mengukur sehingga jumlahnya tidak perlu banyak.
4. Spesifik
(Specific) memberikan gambaran
prubahan ukuran yang jelas dan tidak tumpang tindih.
5. Relevan:
sesuai dengan aspek kegiatan yang akan diukur dan kritikal contoh: pada unit
bedah indikator yang dibuat berhubungan dengan pre-operasi dan post-operasi.
G. Blue
Print
Blue-print
(dalam buku Penyusunan Skala Psikologi, Saifuddin Azwar, 2012: halaman 31) uraian
yang disajikan dalam bentuk tabel yang memuat aspek dimensi keprilakuan dalam
indikator masing-masing aspek.
Aspek keprilakuan
dari atribut yang diukur belum tentu memiliki signifikansi yang sama. Satu
aspek dapat lebih berperan dan kontribusinya juga lebih menentukan dibanding
aspek lainnya. Oleh karenanya aspek yang lebih penting harus mendapat bobot
yang lebih besar atau memperoleh porsi yang lebih banyak dari keseluruhan
jumlah aitem
Tujuan penyusunan kisi-kisi menurut (http://sitiroikhanah.blogspot.com/2013/01/kemandirian-siswa.html di unduh pada tanggal 14 juni 2013 pukul 11:52) adalah
merumuskan setepat mungkin ruang lingkup dan tekanan uji coba dan
bagian-bagiannya, sehingga rumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif
bagi penyusun alat ukur. Jadi dalam blue print ini dirumuskan dengan
tujuan-tujuan khusus dari hal-hal yang telah dirumuskan dalam wilayah pengukuran, tujuan pengukuran dan
materi yang akan diujicobakan.
H.
Menentukan
Parameter
Didalam menentukan parameter juga akan dibahas
tentang :
a. Membuat
Contoh Kasus
Yuli
adalah seorang remaja 18 tahun dari keluarga kalangan bawah atau ekonomi
rendah, anak pertama dari 2 bersaudara . yuli anaknya sangat penurut, patuh, kepada
kedua orang tuanya tapi karena keinginan yang tidak dipenuhi oleh orang tuanya,
sikap yuli menjadi berubah yaitu sering melawan orang tua, tidak mau
melaksanakan apa yang diperintah oleh orang tuanya seperti membantu
bersih-bersih rumah.
Yuli
mempunyai keinginan masuk akademi kebidanan tetapi orang tuanya tidak bisa
memenuhi keinginan yuli dengan alasan keterbatasan ekonomi, karena keinginan
yang kuat akhirnya yuli berusaha mencari cara untuk mendapatkan uang untuk
masuk ke akademi kebidanan, adapun yang dilakukan yuli karena kebingungan untuk mendapatkan uang akhirnya
yuli menjual diri. Hal ini tanpa sepengatahuan dari orang tua dan dia hanya
bilang akan merantau untuk kerja. Yuli sudah malas dan kecewa karena orang
tuanya tidak bisa menjadi andalan bagi dirinya. Setelah mendapatkan uang yuli
berusaha mendaftarkan diri ke akademi kebidanan tapi yuli tidak diterima karena
tidak memenuhi syarat yaitu karena sudah tidak virgin, akhirnya pilihan kedua
dengan terpakasa yuli masuk ke universitas mengambil jurusan hukum tapi setelah
itu merasa kebingungan dengan bidang pekerjaan yang nantinya.
b.
Identifikasi,
Diagnosa,Prognosa, & Treatmen
1.
Identifikasi
Pengertian identifikasi (http://eprints.uny.ac.id/7723/3/BAB%202%20-%2008601244012.pdf
diunduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 17:06)
menurut :
1) JP
Chaplin yang diterjemahkan Kartini Kartono yang dikutip oleh Uttoro adalah
proses pengenalan, menempatkan obyek atau individu dalam suatu kelas sesuai
dengan karakteristik tertentu.
2) Poerwadarminto
adalah penentuan atau penetapan identitas seseorang atau benda
3) Ahli
psikoanalisis adalah suatu proses yang dilakukan seseorang, secara tidak sadar,
seluruhnya atau sebagian, atas dasar ikatan emosional dengan tokoh tertentu, sehingga
ia berperilaku atau membayangkan dirinya seakan-akan ia adalah tokoh tersebut.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas,
dapat ditarik kesimpulan bahwa identifikasi adalah penempatan atau penentu
identitas seseorang atau benda pada suatu saat tertentu
Menurut
pendapat kelompok kami, pada langkah ini yang harus diperhatikan sebagai
konselor adalah mengenal gejala-gejala awal dari suatu masalah yang dihadapi
siswa. Dalam kasus ini Yuli terjadi perubahan sikap yang tadinya patuh pada
orang tua menjadi anak yang sering melawan orang tua dan susah di atur.
2.
Diagnosis
Pengertian diagnosis
adalah sebagai berikut :
1. Menurut
Webster (http://belajarbkyuk.blogspot.com/2010/10/pengertian-diagnosis-kesulitan-belajar.html
diunduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 18:23) yaitu proses menentukan hakekat
daripada kelainan atau ketidakmampuan dengan ujian dan melalui ujian tersebut
dilakukan suatu penelitian yang hati-hati terhadap fakta-fakta untuk menentukan
masalahnya.
2. Menurut
Harriman (http://belajarbkyuk.blogspot.com/2010/10/pengertian-diagnosis-kesulitan-belajar.html
diunduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 18:24) adalah suatu analisis terhadap
kelainan atau salah penyesuaian dari simptom-simptomnya.
3. Menurut
(http://en.wikipedia.org/wiki/Diagnosis di unduh pada tanggal 17 juni 2013 pukul
21:54) adalah identifikasi sifat dan penyebab apa pun. Diagnosis
digunakan dalam banyak disiplin ilmu
yang berbeda dengan variasi dalam
penggunaan logika, analisis,
dan pengalaman untuk menentukan hubungan sebab dan akibat. Dalam sistem teknik dan ilmu komputer, diagnosis biasanya digunakan untuk menentukan penyebab gejala, mitigasi untuk masalah
dan solusi untuk masalah
Maka dapat disimpulkan bahwa diagnosis
adalah suatu cara menganalisis suatu kelainan dengan mengamati gejala-gejala
yang Nampak dan dari gejala tersebut dicari factor penyebab kelainan tadi.
Menurut
kelompok kami, langkah awal yang dilakukan dalam diagnosis adalah menetapkan
masalah berdasarkan analisis latar belakang yang menjadi penyebab timbulnya
masalah. Dari beberapa sumber data yang di dapat disimpulkan bahwa perubahan
tingkah laku Yuli disebabkan karena keterbatasan ekonomi keluarga yang membuat
orang tua tidak memiliki satu pemikiran dengan Yuli untuk sekolah di akademi
kebidanan.
3.
Prognosis
Pengertian prognosis adalah sebagai berikut :
1.
Menurut syahri
dan rizka ahmad (http://sepucukcinta.blogspot.com/2012/10/langkah-langkah-bimbingan-dan-konseling.html?m=1 diunduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 18:28)
merupakan usaha untuk menelaah atau mengkaji masalah yang dialami seseorang,
termasuk kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul jika masalah itu dibantu,
serta memperkirakan teknik atau jenis bantuan yang akan diberikan kepada orang
yang mengalami masalah tersebut.
2.
Menurut (http://yusrikeren85.blogspot.com/2011/11/langkah-langkah-bimbingan-dan-konseling.html diunduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 18:41) langkah
meramalkan akibat yang mungkin timbul dari masalah itu dan menunjukkan
perbuatan-perbuatan yang dapat dipilih. Atau dengan kata lain prognosis adalah
suatu langkah mengenai alternatif bantuan yang dapat atau mungkin diberikan
kepada siswa sesuai dengan masalah yang dihadapi sebagaimana yang ditemukan
dalam rangka diagnosis.
3.
Menurut (http://taufiksenjaya.wordpress.com/2011/10/25/prognosis-dan-rencana-perawatan/
diunduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 18:52) merupakan prediksi dari
kemungkinan perjalanan penyakit, lama (durasi), dan hasil akhir dari penyakit
berdasarkan pengetahuan tentang patogenesis dan keberadaan faktor risiko dari
suatu penyakit.
Menurut
kelompok kami prognosis adalah meramalkan kemungkinan-kemungkinan yang akan
terjadi pada suatu permasalahan.
Dan jika klien
tidak langsung diberikan bantuan maka dapat diprediksikan apa yang akan terjadi
pada diri klien :
1.
Perilakunya
akan semakin tidak terkendali.
2.
Kesehatan kurang
baik.
3.
Terjerumus
dalam pergaulan bebas (sex before merried)
4.
Akan semakin
dijauhi teman-temannya.
5.
Tidak dapat
berinteraksi sosial dengan baik.
6.
Menjadi
pembicaraan yang negatif oleh orang lain.
7.
Nantinya pada
saat ia bekerja akan mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri terhadap bidang
pekerjaannya.
4.
Treatmen
(pemberian bantuan)
Menurut pendapat kelompok kami setelah konselor merencanakan pemberian bantuan, maka
dilanjutkan dengan merealisasikan langkah-langkah alternatif bentuk bantuan
berdasarakn masalah dan latar belakang yang menjadi penyebabnya.
1. Menggunakan layanan
pendekatan konseling individu
1)
Perspektif
teori realita
Memahami
Yuli dalam perspektif realita, menurut pandangan realita bahwa manusia memiliki
kemampuan untuk menentukan dan mengarahkan dirinya sendiri dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya. Dengan mendasarkan diri pada keputusan-keputusan yang
dibuatnya, manusia memilih perilaku untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga
dapat hidup bertanggung jawab, berhasil dan memuaskan dari pada bergantung pada
situasi dan lingkungannya.
Teori dasar konseling realitas menurut (http://zamzamisabiq.blogspot.com/2013/04/pendekatan-konseling-realitas.html
di unduh pada tanggal juni 2013 pukul
15:35) adalah “teori pilihan” yang menjelaskan bahwa manusia
berfungsi secara individu, dan juga berfungsi secara sosial (kelompok atau
masyarakat) dengan pilihan
perilaku efektif
yang bertanggungjawab. Teori
pilihan menjelaskan bahwa segala sesuatu yang kita lakukan adalah pilihan kita.
Apa yang kita lakukan adalah kita yang memilihnya/memutuskannya untuk melakukan
hal tersebut. Setiap perilaku kita merupakan upaya terbaik untuk mencapai apa
yang diinginkan untuk memuaskan kebutuhan kita. Secara utuh setiap perilaku manusia terdiri dari 4 komponen : a.
Bertindak (acting), b. Berpikir (thinking), c. Merasakan (feeling), d. Fisiologi (physiologi). Setiap perilaku adalah
sebuah pilihan, oleh karena itu bahwa konseli disadarkan dengan mengungkapkan
gejala-gejala perilaku bermasalahnya dalam bentuk aktif.
Saya
cemas à saya memilih untuk cemas
Saya
marah à saya memilih untuk marah
Agar perubahan terjadi maka ada 2
syarat :
a. Klien harus menyadari bahwa
perilakunya saat ini tidak efektif untuk memenuhi kebutuhan dasarnya
b. Klien harus yakin bahwa ia mampu memilih
perilaku lain yang lebih efektif untuk memuaskan kebutuhan dasarnya
Layanan konseling ini bertujuan menurut (http://bimbingannews.blogspot.com/2012/12/pendekatan-konseling-realistis.html
di unduh pada tanggal 18 juni 2013 pukul 15:43) menbantu konseli mencapai
identitas berhasil. Konseli yang mengetahui identitasnya, akan mengetahui
langkah-langkah yang akan ia lakukan dimasa yang akan lakukan dimasa yang akan
datang dengan segala konsekuensinya. Bersama-sama konselor, konseli dihadapkan
kembali pada kenyataan hidup. Sehingga dapat memahami dan mampu menghadapi
realitas.
Teknik-teknik
dalam Konseling Realitas (http://akhmadsurdajat.wordpress.com/2008/07/14/terapi-realitas/ di unduh pada tanggal 18 mei 2013
pukul 15:51) :
1. Menggunakan role playing
dengan konseli
2. Menggunakan humor yang mendorong
suasana yang segar dan relaks
3. Tidak menjanjikan kepada konseli
maaf apapun, karena terlebih dahulu diadakan perjanjian untuk melakukan
perilaku tertentu yang sesuai dengan keberadaan klien.
4. Menolong konseli untuk merumuskan
perilaku tertentu yang akan dilakukannya.
5. Membuat model-model peranan terapis
sebagai guru yang lebih bersifat mendidik.
6. Membuat batas-batas yang tegas dari
struktur dan situasi terapinya
7. Menggunakan terapi kejutan verbal
atau ejekan yang pantas untuk mengkonfrontasikan konseli dengan perilakunya
yang tak pantas.
8. Ikut terlibat mencari hidup yang
lebih efektif.
Terkait dengan kasus Yuli, dia
sebenarnya adalah anak yang baik dan penurut terhadap kedua orang tuanya.
Tetapi karena keterbatasan ekonomi keluarga Yuli akhirnya menjadi anak yang
tidak penurut atau pembangkang ( jika diperintah orang tuanya Yuli selalu
menolak)
Dengan demikian maka dapat disimpulkan
usaha konselor dalam memberi bantuan kepada Yuli dengan menggunakan teknik Menolong konseli untuk merumuskan
perilaku tertentu yang akan dilakukannya.
Terapi Realitas menurut (http://www.metu.edu.tr/~e133376/project/Glasser%27s%20Reality%20Therapy.htm di unduh pada tanggal 19 juni 2013 pukul
08:44) dikembangkan
pada pertengahan enam puluhan oleh William Glasser, seorang Psikiater Amerika, dan teknik, teori dan aplikasi yang lebih luas terus berkembang di tangannya. Terapi Realitas adalah metode konseling yang mengajarkan orang bagaimana untuk mengarahkan kehidupan mereka
sendiri, membuat pilihan yang lebih efektif, dan bagaimana mengembangkan kekuatan untuk menghadapi tekanan dan masalah hidup
Inti dari Terapi Realitas adalah gagasan bahwa terlepas dari apa yang telah "terjadi"
dalam
hidup kita, atau apa yang telah kita lakukan di masa lalu, kita dapat memilih perilaku yang akan membantu kami
memenuhi kebutuhan kita lebih efektif di masa depan. Menurut Glasser, individu yang melarikan diri dari
kenyataan dengan berperilaku dengan cara yang tidak pantas tidak perlu mencari alasan dan pembelaan untuk perilaku tidak logis mereka. Sebaliknya, orang harus dibantu untuk mengakui perilaku mereka sebagai tidak bertanggung
jawab dan kemudian mengambil tindakan untuk membuatnya lebih logis dan produktif. Baginya, setiap individu harus memenuhi kebutuhan sendiri dengan cara yang tidak bertentangan
dengan yang lain. Dia dengan jelas menyatakan bahwa setiap individu bertanggung jawab
atas tindakannya sendiri, dan terlepas dari bagaimana terganggu atau tergantung dia mengaku, setiap orang harus menanggung konsekuensi dari
perilaku sendiri dan membuat komitmen untuk bertindak secara bertanggung
jawab terhadap orang lain.
2) Perspektif trait and factor
Memahami Yuli dalam
perspektif Teori trait
and factor. Konsep dasar yang dipakai oleh trait
and factor adalah karir. manusia (http://enikfitriant.blogspot.com/2013/03/a-konsep-dasar-konseling-trait-and.html
di unduh pada tanggal
16 Juni 2013 pukul 19:33) merupakan sistem sifat atau faktor yang saling
berkaitan antara satu dengan lainnya, seperti kecakapan, minat, sikap, dan
temperamen. Perkembangan individu mulai dari masa bayi sampai dewasa diperkuat
oleh interaksi sifat dan faktor. Telah banyak dilakukan usaha untuk menyusun
kategori individu atas dasar dimensi sifat dan faktor.
Tokoh-tokoh (http://ewintri.wordpress.com/tag/pendekatan-konseling-trait-dan-factor/
di unduh pada tanggal
16 juni 2013 pukul 19:36) dalam teori konseling Trait & Factor antara lain
: Wolter Bingham, John Darley, Donald G. Paterson, dan E. G. Williemson.
Menurut teori ini, kepribadian merupakan suatu system sifat atau factor yang
saling berkaitan satu dengan yang lainnya seperti kecakapan,minat,sikap,dan
tempramen.
Konseling
trait and factor (http://zamzamisabiq.blogspot.com/2013/05/pendekatan-konseling-trait-and-factor.html
di unduh pada tanggal
16 juni 2013 pukul 20:13) bertujuan:
(1) membantu individu mencapai perkembangan kesempurnaan berbagai aspek
kehidupan manusia; (2) membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan
mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri
dalam kegiatan dengan perubahan kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir; (3)
membantu individu untuk memperbaiki kekurangan, ketidakmampuan, dan
keterbatasan diri serta membantu pertumbuhan dan integrasi kepribadian; dan (4)
mengubah sifat-sifat subyektif dan kesalahan dalam penilaian diri dengan
mengggunakan metode ilmiah.
Ada beberapa teknik umum yang digunakan dalam pendekatan ini
:
1. Menurut (http://zamzamisabiq.blogspot.com/2013/05/pendekatan-konseling-trait-and-factor.html
di unduh pada tanggal
16 juni 2013 pukul 20:13) antara lain :
1) Attending.
Attending adalah perilaku konselor untuk
melibatkan diri dalam proses konseling meliputi : kontak mata, kualitas suara,
jejak verbal, dan bahasa tubuh.
Tujuan
menggunakan teknik ini adalah :
a.
Menunjukkan
pada konseli bahwa proses konseling konselor memperhatikan sepenuhnya kepada
konseli.
b.
Mengkomunikasikan
penerimaan konselor terhadap konseli.
c.
Mengajak
dan mengembangkan keterlibatan konseli secara personal dalam melaksanakan sesi
konseling.
d.
Menangkap
secara utuh pesan dan ungkapan yang diberikan konseling baik dalam bentuk
verbal maupun non verbal.
2) Opening.
Opening adalah membuka kegiatan wawancara
Tujuan
Pembukaan wawancara konseling untuk :
a.
Menciptakan
rasa aman konseling selama mengikuti sesi konseling.
b.
Mengurangi
kecemasan dalam proses konseling.
c.
Menciptakan
kondisi fasilitas dalam konseling.
3) Acceptence
Acceptence adalah penerimaan terhadap klien.
Tujuan
teknik penerimaan untuk :
a. Mengkomunikasikan sikap dasar
konselor terutama ketika membentuk suasana akrab.
b. Disadarinya oleh konseling bahwa
konselor benar-benar mendengarkan apa yang dikatakannya.
c. Terbentuknya suasana emosional
klien.
4) Restatement dan Pharaprasing.
Restatement adalah mengulang atau menyatakan
kembali sebagian pernyataan konseling yang dianggap penting.
Pharaprase adalah mengulang kalimat/
pernyataan singkat konseli secara utuh, apa adanya tanpa merubah makna.
Tujuan :
a. Diketahui oleh klien , bahwa
konselor mendengarkan yang dikatakannya.
b. Diperolehnya informasi penting.
c. Terujinya data yang
diverbalissasikan klien.
5) Reflection
of Feeling
Reflection
of Feeling adalah
pantualan perasaan yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan / sikap yang
terkandung di balik pernyataan klien.
Tujuan :
a. Dirasakannya oleh klien bahwa
dirinya dipahami oleh konselor.
b. Terdorongnya konseli lebih
mengekprsikan perasaan-perasaannya terhadap situasi tertentu.
6) Clarification.
Clarification adalah mengungkapkan kembali isi
pernyataan klien dengan menggunakan kata-kata baru dan segar.
Tujuannya :
a. Mengungkap isi pesan utama yang
disampaiakn klien.
b. Memperjelas isi pesan yang
diungkapkan klien.
7) Structuring
adalah penegasan tentang batas-batas
konseling itu sesungguhnya.
Tujuannya :
a. Diperolehnya kesamaan harapan
konselor dan klien.
b. Diperolehnya kesepakatan dari
konseling mengenai apa terlibat dalam metode dan tujuan konseling.
8) Summary
Meringkas
adalah suatu proses untuk memadu berbagai ide dan perasaan dalam satu
pernyataan pada akhir suatu unit wawancara konseling.
Tujuannya
:
a. Memadukan unsur-unsur tema yang
muncul dalam pembicaraan.
b. Mengidentifikasi pola isi
pembicaraan konseli.
c. Menghindari pembicara yang
diulang-ulang dan bertele-tele.
d. Merangkum kemajuan yang telah
dicapai dalam proses konseling.
2. Menurut
Wiliamson (http://binham.wordpress.com/2012/06/18/pendekatan-konseling-trait-and-factor/
diunduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 19:05) ada lima macam yaitu sebagai
berikut:
1) Establishing rapport
(menciptakan hubungan baru)
Untuk cepat menciptakan
hubungan baru yang baik, konselor perlu menciptakan suasana hangat, bersifat
ramah dan akrab dan menghilangkan kemungkinan situasi yang bersifat mengancam
2) Cultivatingself-understanding
(mempertajam pemahaman diri)
Konselor perlu berusaha
agar klien atau siswa lebih mampu memahami dirinya yang mencakup segala
kelebihan maupun kekurangannya, dan dibantu untuk menggunakan kekuatan dan
mengatasi kekurangannya. Untuk itu, dapat dimengerti kalau misalnya onselor
dituntut untuk menginterprestasikan data klien, termasuk data hasil testing.
3) Advising or planning a program of
action (membari nasehat atau membantu merencanakan program
tindakan). Dalam melaksanakan hal ini, konselor memulai dari apa yang menjadi
pilihan klien, tujuannya, pandangannya, dan sikapnya: kemudian mengemukakan
alternasi-alternasi untuk dibahas segi-segi positif dan negatifnya, manfaat dan
kerugiannya. Oleh karena itu, klien perlu didorong untuk menyampaikan
ide-idenya sendiri untuk dipertimbangkan, dan konselor memberikan saran-saran
pengambilan keputusan dan pelaksanaannya.
4) Carrying out the plan
(melaksanakan rencana)
Mengikuti pilihan atau
keputusan klien, konselor dapat memberikan bantuan langsung bagi implementasi
atau pelaksanaannya. Bantuannya, antara lain berupa rencana atau program
pendidikan dan pelatihan atau usaha-usaha perbaikan lainnya yang lebih dapat
menyempurnakan keberhasilan tindakan. Contoh/; apabila dalam keputusannya,
klien akan menemui gurunya, maka klien diajak mendiskusikan kapan hal itu
dilakukan, dimana, dengan cara apa, dengan siapa dan sebagainya.
5) Refferal (pengiriman
pada ahli lain)
Pada kenyataannya tidak
ada konselor yang ahli dalam memecahkan segala permasalahan siswa, yang karena
itu konselor perlu menyadari keterbatasan dirinya. Apabila konselor tidak
mampu, janganlah memaksakan diri atau berbuat coba-coba. Konselor perlu
mengirimkan kliennya pada ahli lain yang lebih mampu.
Menurut
pendapat kelompok kami terkait dengan permasalahan Yuli, Yuli masuk ke
universitas yang tidak sesuai dengan keinginannya. Dengan bantuan konselor
meyakinkan Yuli bahwa dimanapun dan apapun jurusan yang dia ambil tidak akan
jadi masalah apabila Yuli mampu mengerti dan belajar untuk menerima kenyataan.
Melupakan serta memperbaiki hal negatif yang dilakukan di masa lalu. Dengan
giat belajar banyak kemungkinan Yuli mampu mendalami jurusan yang dia jalani
itu dengan lancar, dan diharapkan setelah lulus bisa mudah mendapatkan
pekerjaan.
a. Menentukan
Indikator
1.
Masalah
Pribadi
1)
Sering melawan
orang tua
2)
Menjadi anak
yang malas dalam mengerjakan pekerjaan rumah
2.
Masalah karir
1)
Tidak bisa
masuk universitas yang dia inginkan
2)
Masuk
penjurusan yang tidak sesuai dengan minatnya
3)
Orang tua
tidak mendukung jurusan yang diminati
b. Penyusunan
Blue Print
1. Masalah Pribadi
Komponen
|
Favorable
|
Unfavorable
|
Tidak
menerima keadaan keluarganya
|
3,4,5,6
|
1,2,7
|
Te
AiAitem
Dalam angket tersebut, responden di minta untuk memberi jawaban atau tanda ceklis
yang sesuai dengan dirinya. Pilihan tersebut dapat dengan pernyataan sebagai
berikut:
|
Favorable
|
Unfavorable
|
SS :Sangat Setuju
|
4
|
1
|
S :Setuju
|
3
|
2
|
TS :Tidak Setuju
|
2
|
3
|
STS :Sangat Tidak Setuju
|
1
|
4
|
2.
Masalah
Pribadi
No.
|
Pernyataan
|
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
|
Saya menerima keadaan
orang tua saya
|
|
|
ü
|
|
|
Saya selalu menuruti
perintah orang tua
|
|
|
ü
|
|
|
Saya malas ketika
orang tua menyuruh melakukan pekerjaan rumah
|
ü
|
|
|
|
|
Saya tidak suka
dinasehati orang tua
|
|
ü
|
|
|
|
Saya tidak suka harga diri saya di remehkan
|
ü
|
|
|
|
|
Saya malu dengan
keadaan orang tua saya
|
ü
|
|
|
|
|
Saya merasa kebutuhan
saya terpenuhi
|
|
|
|
ü
|
3. Masalah
Karir
Komponen
|
Favorable
|
Unfavorable
|
Tidak tercapainya minat jurusan
|
1,5
|
2,3,4
|
No.
|
Pernyataan
|
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
|
Orang tua saya tidak
mendukung jurusan yang saya pilih
|
ü
|
|
|
|
|
Saya selalu
bersemangat dengan jurusan yang saya pilih
|
|
|
|
ü
|
|
Saya sudah
melanjutkan pendidikan sesuai dengan minat saya
|
|
|
ü
|
|
|
Saya sudah siap untuk
masa depan yang lebih baik
|
|
|
|
ü
|
|
Saya belum menyiapkan
diri supaya mencapai sukses dalam jurusan dan pekerjaan
|
|
ü
|
|
|
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Parameter merupakan indikator dari
suatu distribusi hasil pengukuran. Nilai yang mengikuti sebagai acuan.
Keterangan atau informasi yang dapat menjelaskan batas-batas atau bagian-bagian
tertentu dari suatu sistem.
Suatu
parameter adalah kuantitas terukur yang inheren dalam suatu
masalah. Syarat ketercapaian tujuan. Artinya, parameter yang terwujudkan
mengindikasikan ketercapaian tujuan.
parameter masalah adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan individu dalam menyelesaikan masalah yang sedang
dihadapinya.
Asesmen merupakan salah satu kegiatan pengukuran. Dalam konteks
bimbingan konseling, asesmen yaitu mengukur suatu proses konseling yang harus
dilakukan konselor sebelum, selama, dan setelah konseling tersebut
dilaksanakan/ berlangsung
Insrtrumentasi merupakan bagian dari kegiatan pendukung
dari bimbingan konseling yang mana terdapat di dalamnya instrument tes dan non
tes.
B.
Saran
Dalam setiap permasalahan di harapkan kita sebagai calon
konselor dapat mengidentifasi masalah yang ada pada diri klien sehingga
konselor dapat memberikan treatmen yang tepat dan mencapai perubahan tingkah
laku yang di harapkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Azwar,
Saifudin. 2012. Penyusunan skala
psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.
http://dalamsebuahperjalanan.wordpress.com/2012/03/17/pengertian-pemahaman-individu/ di unduh pada tanggal 20 juni 2013 pukul
20:38
http://www.kamusbesar.com/28761/parameter
di unduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 15:21
http://lisnoorchayati.wordpress.com/2010/05/17/apa-perbedaan-dari-parameter-dan-argumen/
di unduh pada tanggal 20 Mei 2013 pukul 12:11
http://www.businessdictionary.com/definition/parameter.html
di unduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 15:20
http://yayatsahut.blogspot.com/2011/04/pengertian-dan-jenis-masalah.html
diunduh pada tanggal 26 juni 2013 pukul 15:36
http://bkpemula.wordpress.com/2012/01/29/assesmen-dalam-bk/
diunduh pada tanggal 19 juni 2013 pukul 09:53
http://yadhy-nienk.blogspot.com/2011/02/pengertian-asesmen-serta-formatnya.html di unduh pada tanggal 13 Juni 2013 pukul
11:30
http://unsilster.com/2009/12/pengertian-asesmen/
diunduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 15:48
http://yusrizalfirzal.wordpress.com/2010/11/15/konsep-dasar-instrumen-penelitian/
diunduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 16:37
http://konseling.ipdn.ac.id/gbpp-sap-pelatihan
diunduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 16:39
http://wieztha.blogspot.com/2012/05/jenis-jenis-instrumen-bimbingan.html
di unduh pada tanggal 19 juni 2013 pukul 09:44
http://alisarjunipadang.blogspot.com/2013/04/pengertian-indikator.html di unduh pada
tanggal 13 juni 2013 pukul 11:35
http://sitiroikhanah.blogspot.com/2013/01/kemandirian-siswa.html di unduh pada tanggal 14 juni 2013 pukul 11:52
http://eprints.uny.ac.id/7723/3/BAB%202%20-%2008601244012.pdf
diunduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 17:06
http://belajarbkyuk.blogspot.com/2010/10/pengertian-diagnosis-kesulitan-belajar.html
diunduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 18:23
http://en.wikipedia.org/wiki/Diagnosis
di unduh pada tanggal 17 juni 2013 pukul 21:54
http://sepucukcinta.blogspot.com/2012/10/langkah-langkah-bimbingan-dan-konseling.html?m=1 diunduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 18:28
http://yusrikeren85.blogspot.com/2011/11/langkah-langkah-bimbingan-dan-konseling.html diunduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 18:41
http://taufiksenjaya.wordpress.com/2011/10/25/prognosis-dan-rencana-perawatan/
diunduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 18:52
http://zamzamisabiq.blogspot.com/2013/04/pendekatan-konseling-realitas.html
di unduh pada tanggal juni 2013 pukul
15:35
http://bimbingannews.blogspot.com/2012/12/pendekatan-konseling-realistis.html
di unduh pada tanggal 18 juni 2013 pukul 15:43
http://akhmadsurdajat.wordpress.com/2008/07/14/terapi-realitas/ di unduh pada tanggal 18 mei 2013
pukul 15:51
http://www.metu.edu.tr/~e133376/project/Glasser%27s%20Reality%20Therapy.htm di unduh pada tanggal 19 juni 2013 pukul
08:44
http://enikfitriant.blogspot.com/2013/03/a-konsep-dasar-konseling-trait-and.html
di unduh pada tanggal
16 Juni 2013 pukul 19:33
http://ewintri.wordpress.com/tag/pendekatan-konseling-trait-dan-factor/
di unduh pada tanggal
16 juni 2013 pukul 19:36
http://zamzamisabiq.blogspot.com/2013/05/pendekatan-konseling-trait-and-factor.html
di unduh pada tanggal
16 juni 2013 pukul 20:13
http://binham.wordpress.com/2012/06/18/pendekatan-konseling-trait-and-factor/
diunduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 19:05
http://sbrrhapsody.blogspot.com/2012/04/pengertian-evaluasi-dalam-pengajaran.html
diunduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 19:40
http://www.psychologymania.com/2013/03/pengertian-evaluasi.html
diunduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 19:41
http://en.wikipedia.org/wiki/Evaluation_%28disambiguation%29
di unduh pada tanggal
16 juni 2013 pukul 22:56